Showing posts with label cerita panas. Show all posts
Showing posts with label cerita panas. Show all posts

Sunday, July 10, 2016

Pengemis Buta Pemuas Nafsu

cerita dewasa terpanas membagikan cerita dewasa 2016, cerita dewasa terbaru, cerita hayalan, cerita panas, bokep 17+ dllPengemis Buta Pemuas Nafsu


bokep 17+

cerita panas

Suatu siang yang panas, kulihat seorang pengemis didepan rumahku sedang berteduh dari teriknya matahari yg panas. saat itu dirumah tidak ada siapapun, ibuku sedang keluar kota, ayahku selalu pulang malam hari, dan si bibi sedang pulang kampung karena saat itu ssudah dekat Lebaran. Karena kasihan, saya berjalan kepagar depan dan kubuka pintu pagarnya. kupanggil dia untuk masuk.

“pak, ..pak.., mari masuk sini pak, diluar panas sekali loh..” dia menolehkearah suarsaya, setelah kuperhatikan, ternyata dia buta. Jadi tambah iba saya padanya.

“mari pak, saya tuntun masuk ya..” kutuntun dia untuk masuk kedalam,

“terima kasih ya nak..”

Perawakannya kurus, kotor dan bau. Dia hanya menggunakan sarung yg sudah butut dan baju yg compang-camping, tangannya selalu memegang tongkat kayu dari potongan ranting pohon. Sesampai didalam, kududukkan dia ruang tamu dan kuambilkan segelas air minum yg dingin, dia cepat-2x meminumnya. Pada saat duduk, posisi kakinya agak terbuka, sekilas kulihat kemaluannya yg terjulai lemas diantara kedua pahanya, meskipun sedang terkulai lemas tapi kulihat lumayan besar dan panjang juga. Langsung jantungku berdegub sedikit lebih kencang dari biasanya.

Otakku mulai berpikir yg jorok-2x, gimana seandainya kuberikan tubuhku untuk dicicipinya dan saya juga dapat merasakan kemaluannya. Saya belum pernah merasakan bercinta dengan seorang pengemis tua yg buta, pasti nikmat bila rasanya.

Saya mulai memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan kesempatan itu. Saya iseng-2x bertanya padanya,

“ Kapan terakhir mandi, pak? Bapak mau mandi disini? nanti setelah mandi saya beri pakaian bekas yg lebih baik, mau kan pak?”,

”wah ya mau dong non..tapi apa nggak ngerepotin? “ tanyanya ragu.

“tenang aja pak, disini nggak ada siapa-2x kok, cuma saya dan bapak di rumah ini. nggak apa-2x, ayo sini saya bantu ya..” jelasku.

Saya bimbing dia menuju ke kamar mandi tamu, kupeluk dia, dan kubimbing dia, tangannya kuletakkan di bahuku. Secara tak sengaja tangannya tersentuh buah dadsaya yg gempal, tanpa BH. kulihat reaksinya, dia diam aja, juga tidak berusaha menjauhkan tangannya yg tersentuh payudarsaya. Sambil berjalan dia bertanya padsaya,

Saya bimbing dia menuju ke kamar mandi tamu, kupeluk dia, dan kubimbing dia, tangannya kuletakkan di bahuku. Secara tak sengaja tangannya tersentuh buah dadsaya yg gempal, tanpa BH. kulihat reaksinya, dia diam aja, juga tidak berusaha menjauhkan tangannya yg tersentuh payudarsaya. Sambil berjalan dia bertanya padsaya,

“non ini umur berapa, kok rasanya ssudah dewasa?”,

“saya baru berusia 21 thn, pak. kenapa?” tanysaya,

“oh nggak, nggak apa-2x kok” jawabnya. Saya bertanya lagi, penasaran,

“ kenapa sih pak, kok tanya begitu? bapak ngomong begitu karena ..payudarsaya gede yahh..”. “ I.. iya..” jawabnya tersipu malu.

Sesampai didalam kamar mandi tamu, saya tutup pintu dari dalam dan berkata

“saya bantu ya pak, bapak pasti nggak bisa mandi sendiri, kan bapak nggak tahu tempat-2x nya”,
“tapi.., tapi.., non kan.., ahh.., nggak usah deh, non kan perempuan,..nggak baik non..” jawabnya gugup karena tidak menyangka saya bakal menawarkan itu.

“ah, nggak apa-2x pak, anggap aja saya ini cucu bapak yg sedang membantu bapak mandi. lagipula, nggak ada orang lain dirumah ini kok pak.., tenang aja..” tegas ku. Tanpa menunggu jawabannya lagi, saya bantu dia mencopoti bajunya yg compang-camping, dan sarungnya yg butut. Tubuhnya benar-2x kurus kering, kecuali kemaluannya yg masih terlihat besar, meskipun agak kotor dan terjulai lemas. maklum, mana ada pengemis punya waktu untuk mandi setiap hari, apalagi mencuci bagian itunya. Dia diam aja, sambil menutupi kemaluannya, dia menduga-2x apa yg bakal kuperbuat. saya bertanya padanya

“ kenapa kok ditutupin pak.., malu ama saya yaah..? hihihi..nggak usah malu pak! .., saya sudah biasa liat kemaluan kok paak..”, setelah itu kulepas bajuku sendiri, sambil berdiri didepannya saya meremas-2x payudarsaya dan menggosok-2x kemaluanku dengan bernafsu, sayang dia nggak bisa lihat tubuhku ini, pikirku.

Kupasang shower dan air mengucur dengan lembut ke tubuhnya dan tubuhku, setelah itu kubantu dia menggosok tubuhnya dengan sabun wangi, tubuhnya kelihatan lebih bersih dari tadi, dan baunya juga ssudah tidak menyengat lagi. Dengan tidak sabar kugosok kemaluannya yg masih terjulai lemas itu, dia berkata

“ah.., ah.. non, yg situ nggak usah non..biar saya sendiri aja..” katanya malu.

“nggak apa-2x pak, saya sudah biasa kok, bapak nggak perlu malu sama saya, kan sudah saya bilang, anggap aja saya ini cucumu yg sedang bantu bapak mandi.” desakku tambah bernafsu setelah kemaluan itu dalam genggaman tanganku.

“wah, non ini baik sekali, gimana caranya saya bisa balas budi baik non, saya nggak punya apa-2x untuk membalas perbuatan non yg mulia ini” katanya,

”balasannya gampang pak, saya pengen bapak memijiti dan menggosoki ..seluruh tubuhku, bapak diam aja, nanti saya kasih sesuatu yg paling enak deh.., kutanggung bapak pasti nggak pernah dapet dimanapun dan kapanpun” jawabku enteng.

“baik non, bilang aja bapak harus apa dan gimana” kelihatannya dia sudah tahu apa yg kuingini. dia kelihatannya mulai berpikir yg tidak-tidak.

Kubimbing kedua tangannya ke payudara ku dan kuremaskan tangannya ke payudara ku yg montok itu, 34B. Dia kaget banget setelah merasakan tangannya meremas suatu gumpalan daging yg padat, kencang dan halus,

“hhmm.., payudara non sungguh besar, ssudah lama bapak tidak merasakan ini, hmm..sungguh gempal dan padat, kencang sekali payudaramu..”,

“eh, non kok mau berbuat begini pada saya? saya kan hanya seorang pengemis kotor, sudah tua, buta lagi.., saya.. nggak ngerti non..” tanyanya bingung. jawabku

“ah.., bapak nggak usah ragu.., saya memang suka melakukan ini kepada orang yg belum pernah kukenal, saya pengen mencicipi kemaluan orang-2x kaya bapak ini. bapak mau kan melayaniku, saya ingin bapak puaskan nafsuku ini, saya ingin kemaluan bapak di mulutku, dikemaluanku..”, jawabku terengah-2x dilanda nafsu yg tambah membara.

sambil merem melek saya menikmati payudarsaya diremas-remas dan sesekali putingku dicubit atau diplintir olehnya, sementara tangan satunya mulai turun meraba-raba kemaluanku yang berbulu tipis. Tanganku sendiri mengocok-2x kemaluannya yg masih terjulai lemas, kupikir, wah ini kemaluan kelihatannya harus pakai extra service baru bisa ngaceng, nih.

“wah, kemaluan bapak kok masih lemas sih.., biar kumasukkan mulutku, kujilati dan kuhisap, ya pak..” dia mandah aja sambil mulutnya terbuka, menanti pengalaman yg mungkin belum pernah dia dapatkan.

sambil tangannya meremas kedua payudara saya, saya jongkok didepan selangkangannya, ku genggam kemaluannya yg masih lemas, ku jilati mulai dari kepala kemaluannya, turun ke buah kemaluannya, kembali kebatang kemaluannya, kujilati terus sampai naik kekepala kemaluannya lagi, lalu kumasukkan kemaluan itu kemulutku yg mungil. Dia mulai bereaksi,

“eenngghh..mmhh..”, dia mulai melenguh lemah, senjatanya mulai mengeras, terangsang oleh jilatanku. Masih belum keras, kusedot-sedot sambil ku keluar masukkan dimulutku, kukombinasi dengan menyedot buah kemaluannya, lama kelamaan benda itu semakin bertambah keras saja. Nah, ini dia, pikirku.

”pak, coba kau jilatin payudarsaya pak, cicipi tubuhku ini, nikmati tubuhku yg masih muda ini, kapan lagi bapak bisa menikmati tubuh seorang gadis muda seperti saya ini. jilati pentilku, sedot seluruh payudarsaya. perbuat tubuhku sesukamu, pak” katsaya menahan nafsu.

Sungguh luar biasa, sambil meraba-raba, dia melakukan semuanya. Sungguh gila pikirku, kok bisa saya melakukan ini dengan seorang pengemis tua, buta pula. tapi, memikirkan hal ini membuat ku makin terangsang berat. Dia menjilati putingku dengan nafsu, disedotnya payudarsaya dengan mulutnya yg kempong krn giginya sudah ompong semua. nikmat sekali rasanya, geli banget, ternyata enak juga kalo payudara disedot dan dikulum oleh mulut yg ompong, coba kalian rasakan sendiri, deh.

Puncaknya, saya sudah tak tahan lagi, kusuruh dia berbaring telentang dilantai kamar mandi, saya jongkok diatas tubuhnya dan berusaha memasukkan kemaluannya yg ssudah mengeras itu ke lubang kemaluanku dari atas. kubimbing kemaluannya memasuki kemaluanku, saya menduduki senjatanya, dan..

”sslluupp..”, benda itu langsung menancap dalam-dalam dikemaluanku,

“rasakan nikmatnya ..kemaluanku yg sempit ini.., pak” ujarku tersendat-sendat menahan kenikmatan yg luar biasa. amblas masuk semua kemaluannya ke kemaluanku.

“nngghh..aakkhh.., aduh sempit sekali kemaluanmu non, sampai sulit masuknya..hhgghh.. adduuhh enaknnyyaa..nnoohh”

“Mmmhh..aakkhh..aahh..!!” saya sendiri berteriak karena kemaluannya ternyata besar juga untuk kemaluanku, benar-benar kunikmati gesekan-gesekan pada dinding kemaluanku.

Tubuhku mulai naik-turun diatas tubuhnya yg telentang itu, kemaluannya menghujam-hujam keluar masuk kemaluanku. tangannya meremas-remas payudarsaya, satunya lagi kadang memegangi bahuku, mengelus tubuhku, menjambak rambut panjangku. Lenguhannya keras sekali, dan parau suaranya

“hhkk..aahhkk..ahh, enakk sekaalliihh noon..” serunya.

Saya semakin menikmati persetubuhan lain jenis ini, persetubuhan yang sangat mencolok, lain kalangan, lain status sosial, dan lain usia. Saya tak bisa membayangka bila kedua ortu-ku melihat ini, dikamar mandi, anak gadis satu-satunya, yg semata wayang ini sedang bersetubuh dengan seorang pengemis yg ssudah tua, mungkin saya bisa dibunuh mereka apabila ketahuan.

Saya tak puas menggoyang pantatku, saya mengajaknya ganti posisi, dia diatas, saya dibawah, telentang dengan kedua kakiku terbuka lebar, saya ditindihnya, kemaluannya tetap keluar masuk dengan nikmatnya. Lidahnya tak henti2nya menjilatiku dan sesampainya dibibir, dia langsung melumat bibirku, lidahku dikulum olehnya lalu dikecupnya bibirku membuatku tidak tahan untuk membalas perlsayaannya, saya ssudah tidak peduli oleh bau nafasnya yang tidak sedap itu. Sambil disetubuhi saya terlibat permainan mulut dan lidah selama beberapa saat dengannya.

Beberapa saat kemudian, saya ajak ganti posisi lagi, saya menungging seperti anjing sambil berpegangan pada tepi wastafel dan dia menggenjotku dari belakang, persis seperti anjing yg sedang kawin. Nikmat sekali posisi ini, pikirku. Wah, kuat juga nih orang tua pikirku. Baru berpikir bebegitu, mendadak saya merasakan gejolak luar biasa yg nggak bisa saya tahan, saya mau keluar, eh, ternyata dia juga mulai bergetar tubuhnya, dia melenguh-lenguh lebih cepat,

“oh..ookkhh..sayauhh maauu.. keluuaarr nnoonnhh..akkuu..nggaakk ttaahhaann..laaggiihh..aakkhh..”, dia berteriak kesetanan dan genjotannya makin bertambah cepat.

“mmhh..aakkuu juuggaa ppaakk.. mmhh..eeh. eekkhh..” saya pun mencapai orgasme bersamaan dengannya. saya merasa air maninya meluncur deras dalam kemaluanku.

Kemaluanku penuh dengan air mani seorang pengemis tua itu sampai sebagian meleleh keluar karena terlalu banyak yang keluar. Saya tak tahu andaikata saya hamil dan punya anak, saya pasti bingung siapa si bapaknya, habis bebegitu banyak kemaluan yg pernah menancap dikemaluanku dan bebegitu banyak air mani yg pernah keluar didalamnya.

cerita dewasa terbaru

cerita hayalan

Setelah itu, kami membersihkan tubuh dari sisa-sisa persetubuhan barusan, dan mengeringkan dengan handuk bersih. dia berkata seraya pamit,

“terima kasih non.., atas segalanya.., non bener, saya nggak pernah merasakan seperti ini, seumur hidupku akan kukenang peristiwa ini sampai akhir hayatku”. Kemudian dia pun kutuntun keluar dari rumahku yg besar. pikirku, ssudah cukup saya menikmati persetubuhan ini. Dia keluar dengan wajah berseri, puas dengan apa yang baru saja dialaminya.

Kurelakan Kegadisanku

cerita dewasa terpanas membagikan cerita dewasa 2016, cerita dewasa terbaru, cerita hayalan, cerita panas, bokep 17+ dllKurelakan Kegadisanku


cerita dewasa 2016

cerita dewasa

Sebut saja nama aku Pristy (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatkupun mempunyai bentuk yang bisa dibilang lumayan.

Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul denganku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.

Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengPrisahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.

Suatu hari sPriselah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat seksi karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.

Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Mujiono (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang,

“Selamat pagi Paa..aak”, dan dia membalas sembari tersenyum.

“Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”.

aku menjawab,

“Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”.

“Iya, nanti jam sPrisengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu”. aku dan teman-teman mengajak,

“Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia sPrisuju.

“OK, boleh-boleh aja kalau kalian tidak keberatan”! aku dan teman-teman bilang,

“Tidak, Pak.”, lalu aku menimpali lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain, “Naa..aa, bPrisuu..uul. SPrisujuu..”.

Ketika Pak Mujiono mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.

“Alaa.., Pristy, langsung deh, dekPris-dekPris, jangan mau Pak”. Pak Mujiono menjawab,
“Ah! Ya, ndak apa-apa”.

Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Mujiono tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.

“Sorry, ya Pak”.

Penjaga Server dan Teknisi Komputermenjawab,

“That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Mujiono.
Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Mujiono dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Mujiono, dia baru selesai mandi dan kagPris melihat kedatanganku.

“Eeeh, kamu Pris. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”. aku menjawab,

“Ah, nggak iseng aja Kata Nyoman Manusia Terkuat . Sekedar mau tahu aja rumah bapak”.

Lalu dia mengajak masuk ke dalam,

“Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya pake baju dulu”.

Memang tampak Pak Mujiono hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. aku sekedar menjelaskan,

“Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi bangPris Pak, rumahnya”. Dia tersenyum,

“Saya kost di sini. Sendirian.”

Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Mujiono tanya,

“Udah laper, Pris?”. aku jawab,

“Lumayan, Pak”. Lalu dia berdiri dari duduknya,

“Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”. Langsung kujawab,

“Ok-ok aja, Pak.”.

Sewaktu Pak Mujiono pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Mujiono pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah dewasa dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati kemaluan cewek dan cewek sedang mengisap kemaluan cowok yang besar, panjang dan kekar.

Tidak disangka-sangka suara Pak Mujiono tiba-tiba terdengar di belakangku,

“Lho!! Ngapain di situ, Pris. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.

Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap,

“Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”. Pak Mujiono hanya tersenyum saja,

“Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.

Syukurlah Pak Mujiono tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera. Pada saat makan aku bertanya,

“Koleksi bacaannya banyak bangPris Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”. Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya,

“Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”. Lalu aku memancing,
“Kok, tadi ada yang begituan”. Dia bertanya lagi,

“Yang begituan yang mana”. aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum,

“Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”. Kemudian dia tertawa,

“Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”.

Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Mujiono menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya. Lalu dia menawarkan diri,

“Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”. akupun langsung beranjak ke sana. aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah dewasa yang tergeletak di atas tempat tidurnya.

Begitu tiba di dalam kamar, Pak Mujiono bertanya lagi,

“Betul kamu tidak malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Mujiono dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh kemaluanku. aku ingin merintih tetapi kutahan.

Pak Mujiono bertanya lagi,

“Sakit, Pris”. aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Mujiono semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. aku hanya bisa mendesah

”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.

Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Mujiono pun naik dan bertanya.

“Enak, Pris?”

“Lumayan, Pak”.

Tanpa bertanya lagi langsung Pak Mujiono mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus kemaluan yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Mujiono berhenti merangsangku dan mengambil majalah dewasa yang masih tergelPrisak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluan seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.

“Boleh saya seperti ini, Pris?”.

aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Mujiono menganggap aku sPrisuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan kemaluanku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan kemaluanku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam kemaluannya dan mengarahkan ke kemaluanku.

Kelihatan Pak Mujiono agak susah untuk memasukan kemaluannya ke dalam kemaluanku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar kemaluanku masih kaku. Pak Mujiono memperingatkan,

“Tahan sakitnya, ya, Pris”. aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan,

“Akhh.., bukan main perihnya ketika batang kemaluan Pak Mujiono sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Mujiono tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus kemaluannya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di kemaluanku.

Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan kemaluan Pak Mujiono mengocok kemaluanku. aku terengah-engah,

“Hah, hah, hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak Mujiono semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan kemaluan Pak Mujiono semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam kemaluanku menggeliat-geliat dan berputar-putar.

Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Mujiono kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Mujiono semakin memperkuat dan mempercepat kocokan kemaluannya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Mujiono agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam kemaluanku. Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan kemaluannya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.

SPriselah semuanya tenang dia bertanya padaku,

“Gimana, Pris? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”. Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih,
“tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”. Dia berkata lagi,

“Sama, saya juga”.

Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Mujiono juga tertidur.

Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Mujiono dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku Pak Mujiono hanya menggunakan handuk dan berkata,

“Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”.

Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tPrisap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Mujiono masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Mujiono menyabuni kemaluanku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan kemaluannya yang perkasa itu.

cerita dewasa terbaru

bokep 17+

SPriselah semua selesai, Pak Mujiono membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Mujiono memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, 
terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi kPrisahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.

Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Mujiono untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tPrisap menikmati genjotan Pak Mujiono walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran. Pernah Pak Mujiono menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan kemaluan guru bahasa Inggrisku itu.

Nindya Kekasihku

cerita dewasa terpanas membagikan cerita dewasa 2016, cerita dewasa terbaru, cerita hayalan, cerita panas, bokep 17+ dllNindya Kekasihku


cerita dewasa 2016

cerita dewasa

Setelah kurang lebih satu tahun aku tinggal bersama keluarga temanku itu, suatu saat mereka sekeluarga pergi ke kampung kecuali Nindya yang kebetulan masih tinggal untuk menemaniku. Sejak bertemu Nindya, aku sebenarnya tidak ada perasaan yang berlebihan, karena sifatku yang agak pemalu apalagi bergaul dengan seorang gadis dan mengingat itu pula, temanku menaruh kepercayaan seperti keluarga sendiri berkumpul di rumah itu sebagaimana layaknya. Tentu tanpa menaruh prasangka buruk dia meninggalkan Nindya untuk tetap bersamaku. Waktu meninggalkanku sepertinya temanku juga tidak ada pesan kecuali titip rumah saja. Dan cerita dibawah ini pengalaman gairah sexyang kualami selama berdua bersama Nindya di rumah itu.


Ini peristiwa pertamaku yang sebelumnya tidak terbayangkan bahwa di rumah kost itu, aku akan merasakan bagaimana nikmatnya bercumbu dengan seorang gadis demikian bebas penuh gairah serta nikmatnya bercinta waktu mandi bersama. Ketika itu aku baru terbangun pertama kali merasakan tidur siang ditemani Nindya dan dengan leluasa menikmati keindahan tubuh gadis yang sudah menunggu untuk kugauli lagi setelah sebelumnya sempat bersamaku menikmati permainan di atas ranjang yang pertama. Dengan segudang perasaan gairah sex yang tidak terbendung, aku buru-buru untuk segera menemuinya. Begitu sampai kamarnya, Nindya telah menyambutku dengan tubuhnya yang begitu sensual, sengaja mesayangjolkan bentuk tubuhnya di balik bajunya yang ketat di atas pusarnya dan celana pendek yang ketat juga, mesayangjolkan pantatnya yang bulat sintal. Kuperhatikan buah dadanya yang tidak berbalut bra lagi tercetak jelas di bajunya sampai putingnya pun mesayangjol jelas.

Segera tubuhnya menghambur memeluk tubuhku, bibirnya langsung menyerbu mengulum bibirku dengan ciuman seakan tak mau lepas lagi. Sambil terus Nindya menggelayut tubuhku, lidahnya tak hentinyabermain di dalam mulutku semakin ganas.

“Maaas.. eehmmh.. Nindya sudah kangen..” demikian keluh manjanya walau belum lama kutinggal tidur beberapa jam yang lalu, merasakan betapa sepinya dia menungguiku tertidur di sampingnya.

“Kenapa tadi nggak bangunin saja..” tanyaku, meskipun badanku masih merasakan lesu baru bangun tidur setelah siang itu menggauli Nindya sampai beberapa kali.

“Ahh, nggak enak.. ngeganggu orang lagi pulas tidur.. Mas, sudah lapar belum?” tanyanya dengan manja dengan tetap menggelayut di pundakku.

“Yaaah, lapar juga.. Kenapa?” tanyaku lagi.

“Ya makan dulu, yuk..” seraya dia terus menggayut di pundakku menuju ke meja makan.

Nindya sudah menyiapkan masakan untuk makan siang saat aku sedang istirahat tidur tadi, dan sekarang sudah tersedia di meja. Segera saja aku menghampiri untuk dapat segera mengganjal perutku yang terasa lapar. Begitu aku selesai menuang makananku ke piring untuk kusantap, Nindya malah menarikku untuk pindah duduknya di sofa.

“Mas, makannya duduk di sini saja.. biar Nindya bisa nemeni lebih enak..” katanya.
Nindya sepertinya tidak mau jauh dariku, dia pun duduk menempel menungguiku makan. Saat aku makan, tangannya aktif memegang batang kejantananku sambil kadang mengocoknya.

“Enak nggak Yaang..?” tanyanya sambil tersenyum menggodaku.

“Apanya yang nggak enak.. orang lagi makan dikocok-kocok begini.. eehmm..” jawabku.
Dengan kenekatannya dia malah memintaku lebih dari sekedar mengocok batang kemaluanku.

“Yaang.. celananya dilepas saja ya.. Nindya mau..” tanpa menunggu persetujuanku celana dalamku sudah ditarik lepas, dan kini bibir mulutnya mengarah ke selangkanganku, mengulum batang kemaluanku yang sedari tadi demikian tegang.

“Ahhh.. cresp.. sleppp.. aaah.. crespp.. crespp.. sllpp.. aaah.. crepp.. crespp.. 
ahh..”Begitulah yang terdengar sepanjang aku makan hingga selesai. Kunikmati sekali gejolak gairah sex, Nindya menahan gairahnya dengan mengulum batang kemaluanku.

“Sayang, aku sudah selesai nih makannya, kita mandi dulu yuk,” ajakku agar dia menunda dulumerangsangku.

“Ehehh.. biar sampai keluar dulu Yaang..” rengeknya memintaku agar dia tetap mengulum kemaluanku sampai puas.

“Nanti sekalian di kamar mandi saja, kan Mas nanti juga bisa ngrasain punya Nindya..”

Akupun segera berdiri mengajaknya menuju kamar mandi. Sore itu kami mandi berdua, bercumbu seolah tidak ada puasnya saling menggosok dan meremas bagian-bagian tubuh Nindya atau pun kemaluanku yang selalu tidak lepas dari genggaman tangan maupun belaian lidah dan mulut Nindya. Sambil tangan kirinya menekan kepalaku, tangan kanannya menyorongkan putingnya ke mulutku, ditekanbuah dadanya ke dalam mulutku.

“Ogghh.. Mas.. adduh Mas.. gelii.. Mas.. Nindya kayaak mauu.. ogh.. aduh.. geli Sayang.. mhh.. Mas.. aduh enak.. yach.. tteruss.. ssstt.. ehhm..” Mulut Nindya terus mengeluarkan desah yang melepaskan gairah dan gelinjang kenikmatan yang sedang diarasakan. Tanganku tidak mau diam, dan dengan penuh kelembutan jari tengahku masuk liang kemaluannya yang menganga diantara selangkangan yang terasa licin oleh lendir kenikmatan kemaluannya. Aku pun telah merasakan basah karena cairan yang keluar.

“Enak.. enak.. enak.. lebih enak daripada Nindya kocok sendirian Mas.. yach, terus Mas, Nindya ingin setiap hari begini Mas..” Mulutnya tak hentinya mengeluarkan kata-kata ungkapangairah sexnya.

“Ehhh.. Masss.. terus teken Sayaaang.. Nindya.. enaakk aduh Mas.. ogghhh.. Maasss, gelllii.. teruss.. terus..” kian mengharapkan kocokan jariku semakin cepat. Jari tanganku terasa agak pegal juga mengikuti irama kocokan yang Nindya inginkan. Matanya terpejam, sambil lidahnya memainkan dan menjilat bibirku disertai goyangan pinggulnya semakin cepat.

“Ohh Maasss.. di situ.. terus.. jangan berhenti.. ohh.. ehhh..” Nindya mulai bergoyang naik dan turun melawan arah tanganku. Desah suaranya memenuhi kamar mandi.

“Ohh.. Mas.. ahh.. ahh.. ahh.. geliii.. sayaaang.. nikmat.. Oh.. Oh.. Oh Mas..” begitu ucapan-ucapan gairah sexnya yang sepertinya tidak kuduga bila melihat kesehariannya tampak biasa-biasa saja. Kubayangkan memang demikianlah apabila sepasang pria dan wanita kalau sedang mengalami gairah bersetubuh.

Pengalaman yang baru bagiku selama beberapa kali menggauli Nindya. Ucapannya terus berulang-ulang terdengar merangsang diselingi desah nafas penuh gairah sex. Nindya mengerang dan merangkul leherku dengan erat. Kepalanya bergoyang ke kiri dan kanan. Bibirnya menyentuh bibirku dan kamiberciuman lagi. Kubuka mulutku dan lidah kami saling menjilat entah bibir atau rongga mulut.Kuangkat dia dan kudorong dia ke dinding. Aku berlutut di depannya dan kemudian lidahku bermaindi celah kemaluannya. Tangannya menekan kepalaku dan yang satunya merpermainkan buah dadanya, Nindya memainkan putingnya sendiri untuk menambah kenikmatan gairah sexnya dengan ditandai puting di dada yang montok itu kelihatan semakin tegang. Dia terus meremas buah dadanya dan mulutnya tidak hentinya mengeluarkan desah nafas yang memburu merasakan gairah sex yang kian memuncak.

“Ssss ahh.. enak Mas..” erangnya.

“Ehm..” matanya setengah tertutup.

“Mas.. eghh putingku terusss.. Mas, mana kemaluanmu Mas.. Yach terusss Mas.. Hheegh.. enaak.. eeghh.. yach..”

Tangan kananku aktif memilin-milin puting susunya yang semakin mengeras sementara tangan kanan Nindya meremas puting buah dadanya sendiri.

“Ah.. Mas.. kalau begini terus Nindya tambah sayang sekali sama Mas.. ohh.. ohh..” Mulutnya terusmengeluarkan suara-suara gairah yang bila kudengarkan, menambah gairah dan semakin merangsang juga. Nafsuku semakin menggebu untuk menyetubuhinya, pelukan ke tubuh Nindya semakin erat menjelajahi gairah sexnya yang bergejolak dan terus-menerus menggelinjang hebat. Nindya melepaskan desah nafsunya dan memintaku mengulum puting susunya yang demikian tegang karena telah terangsang oleh mulutku.

“Ohh.. ohh.. ohh.. nikmatnya.. ohh.. ah.. nikmat..”

Setelah puas dengan buah dada yang kanan aku pindah ke yang kiri, putingnya kuisap kuat-kuat diselingi dengan cupangan pada bulatan buah dadanya yang montok sehingga nampak beberapa tempat meninggalkan bekas merah. Gerakan tubuhnya membuat kedua bukit buah dadanya bergoyang ke kanan dan ke kiri sambil menahan gelinya puting susunya yang kusedot. Terasa nikmat dapat menyelusuri bukit buah dada yang membusung indah di dadanya yang nampak mulus bersih itu. Berkali-kalipermintaannya agar rangsanganku pada puting dan cupangan buah dadanya terus kulakukan sepuasnya.

“Ohh.. Mas sayang terus.. terus.. yang keras sedotannya.. ohh..” begitu desahnya di telingaku.

“Sayang, kemaluanku tambah tegang saja kalau Nindya terus-terusan begitu..” bisikku.

Rupanya Nindya menyadari keinginanku, saatnya menerima batang kejantananku untuk dapat segera diperlakukan semestinya ketika dia merasakan sentuhan kemaluanku yang sudah tegang dari tadi. Dia gantian berlutut di depanku lalu dia menjilati kemaluanku, dan meremas kemaluanku sampai basah oleh jilatannya. Lalu Nindya menyambut batang kemaluanku, terasa hangat oleh belaian tangannya, kepala kemaluanku dia jilati lagi, sedikit demi sedikit kemaluanku lenyap di rongga mulutnya, bibirnya dengan lincah menyedot lubang kemaluanku, terasa geli-geli nikmat sampai dengkulku gemetar menahan rasa nikmat.

“Mass.. punyamu menggemaskan lho Mas.. ini yang bikin ketagihan terusss.. enaak.. assiin Mas.. ahh..” Kemaluanku yang masuk ke dalam kerongkongan Nindya kucabut dari mulutnya dan kulepaskan, kemudian kupegang lengannya, kuangkat agar dia berdiri menyudahi permainan itu.

Aku sudah ingin beralih ke kemaluannya yang sudah basah oleh lendir kenikmatan, kupegang dengan meraba lembut.

“Yaangg.. adiknya bikin ketagihan, aku udah nggak tahan lagi, pingin menjepit kemaluanmu.. Yaang, Nindya udaahhh nggak tahan ngeliat kemaluan Mas ngaceng sebesar itu ayo masukkan Maas..” kata Nindya sambil membelai-belai kejantananku yang tegak kaku sambil diusapkan ke pipinya.

Sesaat kemudian di atas tubuhku yang rebah di atas ranjang, Nindya mengambil posisi jongkok menancapkan liang senggamanya tepat batang kemaluanku. Nindya menuntun kemaluanku yang sudah tegang, lalu menempelkan di bibir kemaluannya.

“Ahh.. ohh.. Yang.. ohh.. emh.. aduhhh.. nikmat..Yangg.. teruss.. goyangkan pantatmu Mas iyah.. enak Yaang..” Sengaja pantatku aku goyangkan mengikuti gerakan kemaluanku yang terasa hangat di dalam kemaluannya. Bergantian Nindya yang aktif bagai menunggang kuda, pantatnya mengayun di atas selangkanganku. Kadang maju mundur atau terkadang memutar sambil kedua tangannya merangsang buah dadanya dengan meremas dan memilinputingnya. Kuperhatikan matanya kadang terpejam menahan rasa gelinjang yang hebat, hingga tubuhnya melengkung ke belakang dan ketika pantatku kugoyang, buah dadanya berguncang indah ke kanan ke kiri. Ah, beginilah jika gadis ini sedang dilanda gejolak gairah sex yang tinggi. Sampai tiba saat puncak gairah sexnya menuntut rangsanganku lebih meningkat.

cerita dewasa terbaru

cerita hayalan

“Mas, aku di bawah.. jangan lepas yahh.. Ughhh.. nikmatnya Maaas..” Kini Posisiku berubah di atas sementara dengan segera betisnya yang indah dilipatnya ke arah paha dan bersamaan pantatnya yang sintal terangkat menahan dorongan penetrasiku. Tampak keindahan lubangkewanitaannya semakin leluasa ketika Nindya semakin membuka kedua pahanya dan mengangkat betisnya tepat di pundakku.

“Yayangg.. ohh.. ohh.. ahh.. ahh.. terus.. terus.. lebih kuat.. dorong terus.. Yang dalam.. ach.. ohh..” matanya merem-melek menikmati goyangan kemaluanku dan,

“Oh.. Mas.. Sayang.. aku mau keluar.. ohh.. ohh.. ohh..” Lalu tiba-tiba dia goyangkan pantatnya keras-keras kiri-kanan kiri-kanan, diangkat tinggi-tinggi sambil mengelinjang agak sedikit teriak panjang.

“Maaass, tekeeen yaaang kerrraaasss.. aakkuu mmaauuu keeelluuuaaar.. ayo Maaas jugaaa barreeennng..” Liang senggamanya semakin sempit menjepit dan terasa menyedot kemaluanku membuatku tak tahan lagi.

“Ohh.. ach.. ach..” pantatnya semakin kuat gerakannya.

“Maasss.. ohh.. ohh.. hh.. ohh.. oh.. ahhh.. aku keluar.. Sayang.. ohh.. aku nggak tahan..” Pantat Nindya yang sintal itu kutangkap dengan kedua tanganku dan kutekan agar kenikmatan puncak kenikmatan liang senggamanya semakin terasa.

“Ohhh.. ohhh.. ohhh.. ohhhh.. enakkk.. ohh.. iya.. iya Mass.. aahhh.. makin cepet Mas.. cepetan..” Aku semakin dirangsang bukan saja oleh suaranya, tapi oleh jepitan kemaluannya. Kemaluanku betul-betul terasa digenggam erat sambil dikocok-kocok. Nafas kami berdua semakin memburu. Nindya kelihatannya sudah hampir puncak kenikmatan, salah satu tangannya memainkan puting susunya dengan cepat dan tiba-tiba teriaknya,

“Ahh.. ahh.. Mas.. Mas.. muncratin di dalem, ayoo Sayang aku sudah siap.. ahhh.. aaah.. ahh.. sekarang.. oohh.. barengan.. ohh..” Desah Nindya semakin keras dan aku pun merasakan kehangatan batang kejantananku di dalam liang senggamanya yang sempit itu, memperoleh kenikmatan cinta Nindya yang kian waktu tambah menggairahkan.

“Yang.. ohh.. putingku sambil diremas.. ohh.. remas.. pentilku remas.. ooggghh.. yaaach..” Nikmat sekali sensasi yang kurasakan persetubuhanku dengan Nindya di dalam kamar mandi rumah kostku.

“Kamu puas Sayang?”

“Puas sekali.. Mas memang hebat.. ntar Mas mau lagi nggak?”

“Entar malem kita puaskan lagi ya Yaaang.. kita mandi dulu yuk..”

Waktu mandiku bersama Nindya sore itu penuh gelora nafsu gairah sex yang tidak henti-hentinya. Terkadang kejantananku mulai lemas sengaja dia sabun dan kocok sehingga bangun lagi kemudian dia kemot-kemot, atau gantian kupermainkan kewanitaannya sambil jari tengahku masuk sampai ke dalam kemaluannya sehingga Nindya menggelinjang hebat, sambil mulutku mencari puting susunya yang mengeras kukulum dan kugigit lembut. Sengaja Nindya menekan buah dadanya yang montok itu, didorong ke bibirku sambil tangan kirinya menekan kepalaku, sehingga seperti wanita menyusui bayinya,memanjakan buah hatinya sepenuh hati dengan buaian puting susunya, agar selalu nikmat untuk diisap.

Sementara tangan kananku terus saya masuk ke dalam kemaluannya kubelai dan kugesek-gesekkan, hingga dia merasakan dan memperoleh kenikmatan juga karena tiba-tiba dia membuka pahanya sehingga semakin memberikan kesempatan tanganku leluasa untuk menggosok kemaluannya dan kumasukan jari tengahku ke dalam lubang yang becek dan licin dan tangan Nindya kubimbing untuk memegang batang kemaluanku dan mengocok-ngocoknya.

“Aaaduh.. aku mau keluar.. ohhh.. aaahh..” sambil mulutnya menganga dan matanya terpejam ,diamencapai puncak kenikmatan. Gairah mandiku bersama Nindya kuakhiri persetubuhan di atas ranjang di kamarnya dalam keadaan saling berpelukan tanpa busana sampai waktunya aku makan malam berdua.

Sore itu aku dan Nindya mengenakan pakaian seadanya agar dapat bebas saling memberikan dan memperlihatkan masing-masing bagian tubuh yang dapat dinikmati dan dapat memberikan gairah sambil duduk berdua, untuk istirahat memberikan kesegaran pada tubuh kami masing-masing agar kembali bugar lagi walaupun cukup melelahkan dan terasa ke sendi-sendi tulang tetapi sungguh nikmat yang kami reguk berdua dengan Nindya seolah tidak puas sempai disitu saja. Menunggu malamtiba sengaja aku hanya bercumbu di sofa ruang tamu dengan lampu ruangan yang hanya temaram sehingga memberikan suasana semakin romantis percumbuan menjelang malam pertamaku menikmati tubuh yang indah yang untuk kali pertama kucumbu, kusetubuhi sampai ke lekuk likunya yang paling sesitif dimana kenikmatan gairah hubungan kelamin kurasakan.

Apalagi Nindya yang dengan sengaja dengan bebasnya memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya yang indah semakin lebih mengundang tanganku untuk lebih menikmati keindahan tubuhnya yang hanya dengan sedikitmenyingkap baju seadanya yang dia kenakan sore itu. Sengaja malam itu tubuhnya kupeluk dan wajahku terbenam diantara hangatnya jepitan kedua bukit buah dadanya yang membusung indah di dada Nindya.

Tante Hesti

cerita dewasa terpanas membagikan cerita dewasa 2016, cerita dewasa terbaru, cerita hayalan, cerita panas, bokep 17+ dllTante Hesti


cerita dewasa 2016

cerita dewasa terbaru

Hesti keluar dari kamar mandi hanya berbalutkan handuk di dada, langsung duduk di pangkuan Budiman, berhadapan dengan tempat dudukku. Kulihat Budiman agak canggung memangku Hesti dihadapanku, tapi Hesti bisa membawa diri mencairkan suasana terutama terhadap Budiman. Diciumnya kening Budiman, lalu pipinya sembil memeluk kepalanya dan menyandarkannya ke dadanya yang menonjol.


Kembali aku diliputi kecemburuan melihat kemesraan yang diberikan Hesti pada Budiman, tapi aku diam saja.

“sayang kenapa celananya sudah dipakai, kan kita belum selesai” ucapnya sambil mengelus rambut ikal Budiman yang masih bersandar di dadanya.

Agak terbata Budiman menjawab,

“aku belum pernah dikulum dan dijilati seperti itu, apalagi setelah keluar sperma”

“tapi permainan lidahmu sangat pintar”

“kalo itu sering aku lakukan dengan bule tamu disini, tapi ya sebatas itu tak lebih, dan aku tidak boleh pegang pegang, Cuma jilatan jilatan seperti itu sampai mereka puas, lumayanlah Mbak hasilnya bisa untuk tambah kebutuhan rumah tangga”

“kasihan sayang, ntar aku kasih yang enak ya” Hesti menghibur manja lalu mencium bibirnya.

Setelah kutunggu beberapa saat, ternyata Hesti tak juga beralih ke pangkuanku, tak mau menjadi penonton seperti kambing congek, kuambil inisiatif, kuhampiri mereka, aku berdiri di samping Hesti, kubuka resliting celanaku, kukeluarkan kejantananku dan kusodorkan ke mulut Hesti.

Dia langsung memegang kemaluanku dan memandangku dengan senyum menggoda, lalu lidahnya mulai bekerja di kepala kemaluanku, sambil mengocok kemaluanku dia memasukkannya ke mulutnya, dengan segera kemaluanku keluar masuk mulutnya.

Tangan Budiman mulai menjamah dada Hesti yang masih tertutup handuk, kutarik handuk putih yang melilit tubuhnya hingga terlepas, kini Budiman bisa dengan leluasa meraba menjelajahi buah dada Hesti yang menggantung indah menantang, diremasnya kedua bukit telanjang itu.

Hesti turun dari pangkuan Budiman dan berjongkok di depanku, Budiman ikut ikutan berdri di sampingku, kini kedua tangan Hesti memegang dan mengocok kejantanan kami berdua, gantian dia mengulum dari kiri ke kanan, kami berdua mendesis bersautan.

“jangan keluarin lagi ya” kata Hesti pada Budiman lalu meneruskan kulumannya. Meski melayani kami berdua Hesti tak tampak kesulitan, padahal kedua kemaluan kami tidak bisa dikatakan kecil, hampir sama panjang 17 cm tapi punya Budiman diameternya sedikit lebih kecil. Dengan penuh nafsu dia mempermainkan kami dari jilatan ke seluruh bagian kemaluan hingga kuluman memabokkan. Sekali sekali kepala kemaluan kami bersinggungan di depan bibir Hesti, seperti berebut masuk ke mulut mungilnya.

Sambil mendapatkan kuluman dan jilatan, kubuka pakaian dan celanaku, kami bertiga sudah dalam keadaan telanjang.

Tiba tiba Budiman melangkah mundur hingga pegangan Hesti terlepas, Budiman menggeser ke belakang Hesti, kukira dia akan memeluk Hesti dari belakang ternyata dia telentang di belakang Hesti dan kepalanya menyusup di antara kakinya, Hesti segera membuka lebar kakinya memberi jalan kepala Budiman di bawahnya. Hesti terus menjilat dan mengulum kejantananku sementara kepala Budiman yang ada di bawahnya menjilati kemaluannya dari bawah.

Hesti menggoyang pinggulnya mengimbangi permainan Budiman sementara aku mengocokkan kemaluanku di mulutnya, kepala dan pinggul Hesti sama sama bergoyang memainkan irama yang berbeda, entah bagaimana dia mengatur konsentrasinya. Ternyata jilatan Budiman lebih mengganggu konsentrasinya, Hesti sering menghentikan kulumannya hanya untuk menikmati permainan lidah Budiman di kemaluannya. Tak mau terlalu sering terganggu, kutuntun Hesti ke kursi, kuminta dia di pangkuanku, perlahan dia menurunkan tubuhnya di pangkuanku sambil melesakkan kemaluanku di kemaluannya yang sudah basah, entah basah karena rangsangan kami berdua atau basah karena ludah Budiman.

“oouughh.. ss.. ennak mass” dia mendesis ketika kemaluanku perlahan menerobos liang kenikmatannya, kuremas kedua buan dada yang menantang di depan mukaku dan kukulum keras ketika dia mulai menggoyangkan pantatnya. Rupanya Budiman tak mau tinggal diam, dia mendatangi Hesti dari belakang, disibakkannya rambut Hesti ke atas hingga tampaklah tengkuknya yang putih mulus, Budiman langsung mencium dan menjilati tengkuk Hesti membuat dia menggelinjang hebat di pangkuanku, goyangannya jadi kacau tapi justru makin membuat kemaluanku diremas dan serasa dipilin di kemaluannya.

Kuremas erat kedua buah dadanya, ternyata Budiman ikutan meremasnya, kini masing masing buah dada mendapat remasan dua tangan. Ciuman Budiman beralih ke telinga, dikulumnya telinga Hesti membuat dia makin kelojotan, dengan aksi Budiman seperti itu sebenarnya aku yang diuntungkan karena kemaluannya makin erat mencengkeram kemaluanku, menambah kenikmatan, justru lebih nikmat daripada tadi malam, ternyata sensasinya luar biasa.

Hesti meraih kejantanan Budiman yang sudah berdiri telanjang di sampingnya, dikocoknya sambil kembali bergoyang pinggul, tubuhnya mulai turun naik sambil bergoyang memutar, kejantananku meluncur keluar masuk dan teremas di kemaluannya, semakin cepat dia mengocok kemaluanku semakin nikmat rasanya, desahan atau jeritan Hesti sudah diluar kontrol, begitu liar.

Beberapa menit kemudian kurasakan tubuh Hesti menegang, dia memelukku erat ketika kurasakan kemaluannya berdenyut hebat, sehebat jeritan Hesti dalam kenikmatan puncak sexual, orgasme. Kubiarkan dia menikmati detik detik pasca orgasme, jantungnya berdetak dengan kencang, tapi itu tak berlangsung lama ketika Budiman memeluk Hesti dan dengan sedikit paksa menarik tubuh Hesti ke atas hingga kemaluanku terlepas dari kemaluannya.

Dia lalu membopong tubuh Hesti dan menelentangkannya di ranjang, langsung menindih tubuh Hesti yang sudah pasrah menunggu, terlihat begitu kontras antara Hesti yang putih mulus ditindih Budiman yang coklat tua. Budiman dengan rakusnya menciumi Hesti, kening, pipi, bibir, lehernya yang jenjang, hingga kedua payudaranya, tak sejengkal daerah sexy Hesti terlewatkan dari sapuan bibir dan lidahnya. Kembali rasa cemburu menghampiriku melihat bagaimana Budiman menikmati hangat dan gairahnya tubuh Hesti.

Ganasnya Budiman mempermainkan buah dada dan puting Hesti segairah desahan Hesti yang kembali terbakar birahi. Budiman menyapukan sebentar kejantanannya di bibir kemaluan yang basah itu, tapi sebelum Budiman melesakkan kejantanannya, Hesti mendorong tubuhnya menjauh.

“sabar ya sayang, kamu pakai kondom dulu, tuh ambil di laci” katanya. Mungkin Budiman agak dongkol tapi dia tak bisa berbuat lain kecuali meninggalkan Hesti yang sudah dalam keadaan pasrah. Melihat tubuh telanjang Hesti yang telentang menantang, aku tak mau membuang kesempatan, sambil menunggu Budiman memasang kondom, kuhampiri Hesti dan tindih sambil mencium bibirnya.

“ah Mas Heldhy nakal, kan giliran Budiman” godanya sambil melirik Budiman yang sedang menyobek bungkus kondom.

“dia sedang mempersiapkan tuh” kataku sambil menyapukan kejantananku yang telanjang tanpa kondom ke kemaluannya, sekali dorong melesak semua ke dalam diiringi jerit kenikmatan dari Hesti.

Pantatku langsung turun naik di atas tubuh telanjangnya, menggenjot secepat dan sedalam mungkin sambil memandang wajah cantik Hesti, rona merah mukanya terlihat jelas di wajahnya yang putih menambah kecantikan dan gairahnya.

Budiman yang sudah siap, menghampiri kami, dengan kemaluan yang terbungkus kondom disodorkannya ke mulut Hesti, bibir Hesti yang terbuka mendesah langsung terbungkam kemaluan tegang Budiman.

Sambil menerima kocokanku, Hesti juga mengocok kemaluan Budiman di mulutnya, kami saling mendesah bersautan. Tangan Budiman meremas remas buah dadanya dengan gemas sambil memainkan puting kemerahan.

Berdua kami mengocok Hesti dari atas dan bawah, berulang kali tubuhnya menggeliat ketika kusodok dengan keras.

“Aaagh..mmgghh..eegghh..cukup..eeghh..cukup..eegghh..cukup mas, aku nggak mau keluar lagi, ganti Budiman” pintanya.

Meski agak berat, terpaksa aku memberikan kenikmatan dan kemaluan ini ke Budiman, tapi sebelum kuberikan aku baru sadar bahwa sejak tadi malam aku belum melakukan jilatan di kemaluan Hesti, harus kulakukan sekarang sebelum kemaluan Budiman mengobok obok kemaluan ini. Begitu kucabut kemaluanku, langsung bibir dan lidahku menggantinya, tak kuhiraukan cairan di kemaluan Hesti yang cukup banyak, lidahku memainkan klitoris dan bibir kemaluannya.

“AAuughh.. sshh.. naakaal.. ss.. mass..ssuddaah” desahnya kaget, tak menyangka aku melakukan ini.

Lidahku menjelajah ke daerah kemaluannya, tak kupedulikan Budiman yang sudah bersiap disampingku menunggu giliran, tubuh Hesti menggeliat kelojotan, tangannya dikepalaku menekan dan menarik, pantatnya terangkat ke atas merasakan jilatan kenikmatan dari bibir dan lidahku.

Tanpa setahu Hesti kuberi aba aba ke Budiman untuk segera bersiap, maka begitu bibirku meninggalkan liang kemaluannya Budiman langsung mengisi dengan kemaluannya.

cerita hayalan

bokep 17+

Dengan sekali dorongan yang cepat, langsung kemaluan itu melesak ke liang kenikmatannya yang disambut teriakan kaget Hesti menerima sodokan keras dari Budiman. Tanpa menunggu lagi begitu kemaluan itu masuk semua langsung Budiman menarik keluar dan mendorong masuk lagi dengan lebih cepat, kocokan Budiman begitu ganas sambil lidah dan bibirnya tak pernah lepas dari bibir dan leher jenjang Hesti.

Kulihat Budiman begitu gemas melihat wajah Hesti yang mengerang kenikmatan, berkali kali dia menciumi pipi kiri dan kanannya diselingi lumatan bibir. Sepertinya dia mendapatkan rejeki nomplok bisa menikmati kehangatan dan ke-sexy-an tubuh Hesti dengan segala kenikmatannya, apalagi Hesti memperlakukannya seperti layaknya seorang kekasih dalam bercinta, Hesti selalu menyambut kuluman Budiman dengan penuh gairah meski gaya permainan Budiman cenderung kasar. Dekapan Budiman tak pernah lepas dari Hesti, mereka menyatu dalam permainan birahi yang ganas. Permainan Budiman kasar dan monoton membuat Hesti harus mengambil inisiatif, dia ikutan menggoyangkan pinggulnya meski agak susah karena terhimpit pinggul Budiman dan terhalang kocokannya, tapi dia masih bisa meggoyangkannya.

“dari belakang Bud” pinta Hesti untuk doggie disela desahannya, tapi Budiman tak menggubris, dia masih tetap mengocok dan memeluk Hesti lebih erat.

Sebenarnya aku ingin gabung dengan mereka tapi aku ingin memberi Budiman kesempatan untuk lebih menikmati kehangatan Hesti, disamping itu aku juga ingin tahu seberapa tahan dia menghadapi ganasnya gairah binal Hesti. Dan ternyata dugaanku benar, tak lebih dari sepuluh menit Budiman menggeluti Hesti dia sudah teriak kenikmatan, orgasme kedua yang dia dapat dari Hesti. Tubuh Budiman menelungkup di atas Hesti, keringatnya mengalir deras, sederas semprotannya di kemaluan.

Admin Untuk Bersama

cerita dewasa terpanas membagikan cerita dewasa 2016, cerita dewasa terbaru, cerita hayalan, cerita panas, bokep 17+ dllAdmin Untuk Bersama


cerita sex 2016

cerita sex terbaru

Semenjak aku pindah kantor, pada waktu menjelang akhir tahun 2008 kemPekingn aku coba hubungi Purbo (bekas staffku dulu, yang sekarang menggantikan aku jadi Kepala Kantor Unit disana). Kami berdua lama berbincang di telepon dan aku tanyakan juga tentang Jasmine, ternyata hal itu masih dilakukan meskipun tidak terlalu sering dan melihat kondisi, apalagi sejak Jasmine punya pacar dan katanya sekitar bulan Maret/April tahun 2009 akan melangsungkan pernikahan, juga pacarnya sering datang berkunjung kesana meskipun pacarnya berada diluar kota tapi paling tidak 2 minggu sekali datang.


HPeking Sabtu aku berinisiatif untuk sekedar berkunjung kesana karena lama tidak pernah ketemu dan aku ajak 2 teman kantorku, Febrian dan Kristiawan. Dalam perjalanan aku cerita tentang Jasmine kepada mereka berdua dan ternyata mereka sangat tertPekingk untuk mencoba Jasmine.


Setiba kami bertiga disana Purbo, Peking dan Jasmine serta satu lagi staff baru yaitu Wawan masih berada dikantor. Jam menunjukkan pukul 11.30, tandanya sebentar lagi mereka akan bersiap-siap untuk pulang.

Kami sempatkan untuk mengobrol terlebih dahulu untuk mencairkan suasana dan biar lebih akrab.

Jasmine saat itu memakai jeans serta kaos yg ketat and sexy, sesekali Febrian dan Kristiawan suka curi curi pandang melihat pantat dan buah dada Jasmine ..apalagi Jasmine mengenakan kaos yang agak tipis jadi terlihat jelas gambaran BH yang dia pakai!!.
Tidak terasa waktu jam kerja sudah selesai dan sekarang Jasmine kami biarkan ngobrol bertiga dengan Febrian dan Kristiawan diruang kantor sedangkan kami yang lainnya memilih ngobrol diruang tamu.

Cukup lama kami ngobrol dan tiba-tiba Peking berbisik,

“Sudah mulai…lihat saja tuh.” Segera kami melihat apa yang dilakukan antara Jasmine, Febrian dan Kristiawan didalam.

Febrian memeluk Jasmine dari belakang, ia merapatkan tubuhnya ke tubuh Jasmine, kami yakin sekali Jasmine bisa merasakan alat kelamin Febrian menempel dipantatnya, dan memang kelihatannya Jasmine begitu menikmatinya. sambil terus Febrian memeluk Jasmine dari belakang, tangan Kristiawan meremas remas buah dada Jasmine , bahkan Kristiawan mulai berani menurukan retsleting celana jeans Jasmine sementara tangan Febrian menelusup masuk BH meremas dan memainkan buah dada Jasmine.

Jasmine sendiri kelihatannya membiarkan Febrian dan Kristiawan melakukan aksinya, ia tak peduli ketika ternyata kami menontonnya. Kristiawan bahkan kini mulai membuka celana jeans Jasmine dan menurunkannya, sehingga terlihat celana dalam berwarna hitam mini berenda yang dikenakan Jasmine kini Jasmine hanya mengenakan celana dalam dan bagian atas masih terbungkus kaos yang dipakainya, sementara Adriab masih menciumi leher Jasmine , sambil tangan tak lepas dari puting buah dada Jasmine. makin lama Jasmine makin terangsang.

Febrian dan Kristiawan mengangkat tubuh Jasmine dan meletakkannya diatas meja dan dengan tidak sabar langsung menelanjanginya, sejenak mereka berdua menikmati tubuh Jasmine yang polos,lantas kemudian jari jari mereka berdua berebut bermain di bibir kemaluan Jasmine, membuat Jasmine mengerang, apalagi clitorisnya dipermainkan dengan begitu rupa.

“aahh..ahhhh..” erangan Jasmine menambah semangat mereka berdua.

sambil terus memainkan kemaluan Jasmine, Febrian dan Kristiawan memainkan pula lidahnya di puting Jasmine yang mengencang sambil menggigit dan menyedot penuh nafsu.

“aah..ahh..ahhhhh” Jasmine berteriak saat pertama kali orgasme akibat jari-jari Febrian dan Kristiawan yang begitu gencarnya membongkar bibir kemaluan Jasmine dan terus menerus memasukkan dan mengeluarkan jari-jari mereka bergantian kedalam kemaluan Jasmine.

Febrian pun kini membuka seluruh pakaiannya, dan Jasmine sedikit terpekik dan mungkin terkagum melihat alat kelamin Febrian yangg lumayan besar dan panjang. besar banget Jasmine bergumam

“kamu suka dong sama yg besar besar?” kata Febrian

cerita dewasa

cerita panas

Jasmine hanya tersenyum, dan menjawabnya dengan meraih kemaluan Febrian dan memasukannya ke mulutnya, kini giliran Febrian yg menggeram ke enakan, saat sapuan lidah Jasmine menelurusi kemaluannya, kuluman dan sedotannya luar biasa ( percayalah Jasmine memang ahli dalam hal ini….!!)

Tidak mau ketinggalan Kristiawan pun ingi8n diperlakukan seperti itu dan secara bergantian Jasmine mengulum kemaluan Febrian dan Kristiawan.

Merasa cukup , Febrian dan Kristiawan menPekingk bangun Jasmine ,mendorongnya ke dinding , dan mereka berdua mulai menciumi bibir Jasmine dengan panas, lidah saling berpagut , sementara tangan Febrian dan Kristiawan tak lepas dari buah dada Jasmine. Febrian dan Kristiawan kemudian membalikan tubuh Jasmine, hingga kini Jasmine menghadap tembok, dengan lidahnya mereka menelurusuri tubuh Jasmine dari leher , punggung, pantat, paha, naik lagi.membuat Jasmine kegelian, kemaluannya sudah basah.

Kristiawan kemudian melakukan penetrasi dari belakang,

“OOOOOHH” Jasmine tersentak saat kemaluan Kristiawan menyentuh kemaluannya

Kristiawan memompa semakin cepat dan semakin dalam.

“oohahhh..ahhh….aahh.” makin lama erangan Jasmine makin keras.

Agar Jasmine tidak terlalu berisik Febrian memasukkan kemaluannya kedalam mulut Jasmine dan menggerakkan kepala Jasmine agar kemaluannya bisa keluar masuk didalam mulut Jasmine yang mungil.

“AAAAAAAAAAHHHHH” Jasmine menjerit panjang saat mencapai orgasme bersama Kristiawan, tubuhnya terasa lemas, namun Febrian belum merasakan kemaluan Jasmine,ia membalikan tubuh Jasmine dan melakukan penetrasi dari depan.

Tidak hanya itu, Febrian dan Kristiawan kemudian melakukan doggy style, dan gaya2 lain.
Cukup lama mereka bertiga bermain-main hingga tidak terasa sudah jam 8 malam. Hingga akhirnya mereka bertiga menyelasaikan permainan mereka pukul 8.30, setelah mereka bertiga mandi jam 10 aku, Febrian dan Kristiawan ijin untuk pulang.

Aku pikir masihkan akan seperti ini Jasmine nantinya setelah menikah apalagi pacarnya tidak mengetahui jika Jasmine seperti ini.

Saturday, July 9, 2016

Kenikmatan Saat Berkemah

cerita dewasa terpanas membagikan cerita sex 2016, cerita sex terbaru, cerita dewasa, cerita panas, bokep 17+ dllKenikmatan Saat Berkemah



Pada waktu kemping di pegunungan dieng tahun 1998, ada dua kemah untuk tidur kami berdua. Kemah satu untuk Laki-laki yang berjumlah 4 orang dan lainnya untuk wanita yang berjumlah 4 orang. Pada suatu malam, kemah tempat wanita kebanjiran karena hujan yang besar tidak bisa tertampung di saluran yang mengelilingi kemah itu. Tentu saja mereka kalang kabut ditengah tidur lelap kami. Tentu saja kami jadi ikut terbangun dengan kegaduhan suara wanita-wanita itu.


Yang dituju pertama untuk melindungi diri dari hujan deras tentu kemah kami para Laki-laki. Kami sepakat untuk malam ini kami tidur masal. Walaupun cukup sempit tetapi masih cukuplah kami tidur berhimpit-himpitan. Setelah diatur, maka muatlah ketujuh orang itu dengan posisi tidur, dengan catatan tidak boleh bergerak yang memang tidak bisa bergerak karena sempitnya. Belva, memilih tidur di dekatku, karena ia kebagian di tempat paling pinggir terkena kain kemah yang menggantung dan basah. Sementara aku sendiri berada di pinggir juga. Ia membisikkan sesuatu kepadaku,

“Jangan macam-macam..” Tetapi hal ini justru kutafsirkan suatu tantangan untuk memulai suatu gerilya.

Setelah lentera padam, yang ada hanya gelap gulita. Teman-teman yang lain tampaknya sudah tertidur. Belva memiringkan badannya sehingga menghadapku, sedangkan kakinya menindih pahaku. Nafas ringannya terasa di pundakku. Mataku terus melotot di dalam kegelapan, lalu timbul niat isengku. Pelan-pelan tangan kiriku kuangkat dan kutindihkan pada pinggulnya, sedangkan siku kuletakkan sedemikian rupa sehingga hampir menyentuh buah dadanya. Sehingga apabila Belva bergerak sedikit saja buah dadanya akan tersenggol oleh lenganku. Aku menanti dengan hati berdebar-debar. Sementara tidur Belva nampaknya makin pulas. Aku menjadi kurang sabar, kugeser sedikit sikuku agar menyentuh buah dadanya. Oh, rupanya buah dadanya dilindungi oleh kedua tangannya. Usahaku sia-sia. Aku putar otak mencari posisi yang menguntungkan.

Selagi aku hampir kehabisan akal mencari strategi, tiba-tiba Belva bergerak, mengambil lenganku dan menariknya ke dalam pelukannya. Dalam keadaan yang gelap gulita aku memang merasa menyenggol benda yang halus. Tapi aku tidak tahu benar bagian tubuh mana itu, perut apa dada. Walaupun demikian cukuplah untuk pemanasan, pikirku. Senjataku yang sejak siang tadi mengkerut kedinginan mulai bangun. Sebelum besar benar, kubetulkan posisi kemaluanku agar bisa mengembang dengan sempurna tanpa ada bulu yang tertarik oleh tegangnya kemaluanku. Gerakanku agaknya membuat Belva semakin mendekapkan tanganku ke dalam pelukannya, entah secara refleks atau apa aku tak tahu. Sebelah kaki yang menindihku dinaikkan lebih ke atas sehingga nyaris menimpa kemaluanku.

Lenganku masih dalam pelukannya. Tapi jari-jariku masih bebas, aku berusaha meraih apa saja yang ada di dekatnya, tetapi sia-sia. Gerakan-gerakan kecil kemaluanku pasti terasa juga oleh Belva, seandainya ia tidak tidur. Kembali Belva lebih memeluk tanganku dan ditekankannya ke dadaku. Kini aku merasakan lembut dan hangatnya bukit kembar Belva yang terbungkus jaket tebalnya. Dalam gerakan itu kuberanikan diri memegang pangkal pahanya. Belva hanya menggeliat dan menaikkan kakinya sehingga menindih kemaluanku. Aduh, enak sekali. Burungku semakin menggeliat dan bergerak-gerak. Oleh gerakan-gerakan itu diangkatnya kaki Belva, kemudian diletakkan lagi pada tempat yang sama. Nah, di sinilah aku baru merasa bahwa Belva masih belum tidur dan semua gerakannya masih dilakukan dalam keadaan sadar.

Sebelah tanganku yang didekap kugeser-geser mencari sasaran, yang kutuju adalah kemaluannya. Namun sebelum sampai pada sasaran dicubitnya dengan pelan. Aku dan Belva tidak berani saling bersuara. Cubitan halus ini tidak menyurutkan niatku, dengan agak memaksakan diri akhirnya sampailah telapak tanganku bersandar di selangkangannya. Setiba di daerah itu tanganku justru dijepit oleh kedua kakinya. Kamaluannya yang empuk kurasakan meskipun masih tertutup Jeans. Namun oleh jepitan kakinya yang kencang aku tidak bisa berbuat banyak. Namum sebelah tanganku masih bebas leluasa, dengan gerakan yang super hati-hati takut Belva kaget dan membangunkan teman di sebelahnya. Tanganku mulai menerobos double cover-nya. Belva merenggangkan kedua tangannya yang membentuk double cover itu. Dan mendaratlah tanganku di atas buah dadanya. Kuelus-elus dan kuremas-remas, membuatnya keenakan.


Setelah beberapa lama aku mengarahkan tanganku untuk mengelus perutnya yang mudah disingkapkan. Pelan-pelan kuselipkan ke bagian dadanya. Akhirnya sampai juga ke arah BH-nya. BH yang terbuat dari nilon halus itu memang lebih nikmat rasanya untuk diremas-remas. Tetapi dasar pikiran yang sudah kotor, maka kucari pengait BH yang ada di punggungnya. Aku agak kesulitan membuka pengait itu. Belva dengan gerakan yang pelan membantunya. Dan, lepaslah pengait itu, membuat buah dadanya sangat mudah untuk disentuh secara langsung kulitnya. Ada rasa hangat, ada rasa lembut, ada rasa nikmat dan ada getaran aneh yang menjadikan kemaluanku, yang tanpa kuduga sudah ada di genggaman Belva, semakin besar.

Aku remas-remas kekenyalan buah dadanya, kupencet-pencet putingnya menjadikan nafas Belva semakin memburu. Akhirnya untuk lebih memberikan ruang gerakku, dia mengambil posisi terlentang. Kini tanganku dengan bebas mempermainkan buah dadanya yang sudah tidak terlindungi lagi oleh jaketnya, tetapi masih dalam selimut tebalnya. Sekali-kali ada kilat, dan kulihat wajah Belva yang polos kelihatan setengah merem menikmati permainan itu.

Kepalaku menerobos masuk ke dalam selimutnya. Kuciumi kulit buah dadanya yang mulus, tidak ketinggalan putingnya yang kecil itu. Membuat nafasnya makin naik turun saja. Sementara tanganku menggosok-gosok kemaluannya. Dia setuju saja, hal ini terbukti dengan lebih mengangkangkan kedua kakinya. Setelah kubuka reitsleting, kupelorotkan ke bawah sekalian dengan celana dalamnya. Dengan demikian kemaluannya yang ditumbuhi rambut tipisnya sudah basah oleh lendir karena kuusap-usap dengan halus.
Begitu kumasukkan sebuah jari tengahku ke dalam liang vaginanya, terasa sempit, dan berdenyut-denyut. Wah, aku sudah tidak tahan lagi. Apalagi tangan Belva sudah menerobos masuk ke dalam celana training-ku yang longgar. Mengocok-ngocok dengan halus. Aku agak kesulitan melepas celana jeans dan celana dalamnya, namun Belva membantunya diangkatnya pinggulnya tinggi-tinggi sambil memelorotkan celananya. Sementara teman-teman lain tertidur, kutindih dia, kuarahkan kemaluanku ke arah kemaluannya. Kupelorotkan celanaku sampai ke lutut. Aku mengambil posisi di atasnya, sambil kubetulkan selimut di punggungku. Ia bimbing kemaluanku ke arah lubang yang benar lalu,

“Bless…” batang kenikmatanku menerobos masuk dalam kehormatannya yang sangat disembunyikan itu.

Kupompa beberapa kali kemaluanku ke dalam kemaluannya yang sempit, terasa dinding vaginanya bergetar menjadikan kemaluanku makin nikmat, kupercepat gerakanku, sampai akhirnya sampailah perasaan yang sulit dirasakan, tubuhku menegang perasaan nikmat, setengah ngilu berada di ujung kemaluanku dan menjalar ke pinggul lalu ke seluruh tubuh. Sepersekian detik menjelang keluar spermaku, sekilas kuingat sesuatu, dan kucabut penisku dari rahimnya. Sehingga muncratlah spermaku ke atas perutnya, kugesek-gesekkan ke perutnya yang mulus. Ada beberapa kali semprotan sebelum habis sama sekali. Sejenak kunikmati perasaan yang sangat indah ini, sampai kudengar suara batuk di tengah kegelapan. Aku agak terkejut dan segera kembali pura-pura tidur di sebelah Belva dengan manisnya. Kudengar Belva tertawa namun ditahan. Ia pegang kemaluanku yang sudah mulai lemas dan mencium pipiku. Lalu memungut pakaiannya dan memakainya lagi.
Paginya sesuai rencana kami bersiap-siap untuk pulang, Belva bersikap seperti biasa terhadapku. Seperti tidak ada apa-apa semalam. Aku juga demikian.

Sejak kejadian itu, aku dan Belva sangat erat, saling curhat. Kadang-kadang melakukan hubungan suami isteri. Namun demikian kami belum memproklamirkannya sebagai pacar. Kadang hubungan dilakukan di rumahku ketika sedang sepi, atau di tempat kost-nya. Karena kami kebetulan sibuk dalam dalam kepengurusan organisasi mahasiswa di suatu tempat, maka sangat lazim untuk bersama-sama setiap saat. Aku masih belum menganggapnya sebagai pacar karena type orangnya yang egois dan kasar. Sedangkan dalam pengamatanku, agaknya ia suka yang culun dan penurut. Hubungan kami hanya organisasi dan seks.

Mengenai kegemaran Belva dibidang seks, ia sangat agresif kadang-kadang meskipun aku sudah keluar, seandainya ia belum mencapai orgasme maka ia dengan sangat agresif melakukan segala sesuatu. Untuk membuat barangku berdiri lagi.

Dalam melakukan hubungan intim, kami sudah sangat bervariasi, dari mulai blow job sebagai pemanasan, dogy style, 69 dan lain-lain. Pokoknya semuanya dicoba. Segala lubang sudah kumasuki termasuk lubang duburnya.


Agak susah juga merayu untuk ditembak bagian belakang. Dengan alasan ia belum orgasme. Pada suatu ketika aku sangat menggebu-gebu dan bernafsu, sudah tiga kali ia klimaks besar (orgasme yang panjang), sampai tubuhnya lemas. Dan barangnya sudah tidak bisa mencengkeram lagi. Aku sampai kehabisan gaya, akhirnya ketika ia tengkurap mula-mula kutembak kemaluannya dari belakang. Tetap saja belum keluar, sedangkan ia sudah kecapaian. Akhirnya kugosok-gosokkan diantara lipatan bokongnya, agak enak juga.
Setelah kering kugosok-gosokkan, kumasukkan lagi ke dalam vaginanya yang basah sebagai pelumas. Begitu kutempelkan pada lipatan bokongnya itu tampak ada denyutan tepat di ujung kemaluanku. Pelan-pelan kusodok sedikit, ternyata masuk walaupun sempit sekali. Ia mau bangkit dan menolak, tetapi kutekan terus akhirnya karena ia mungkin sedang kecapaian apa mungkin merasakan nikmat. Akhirnya ia diam saja. Mulanya hanya kepala saja yang bisa masuk, tetapi karena panasnya daerah itu dan remasannya yang sangat kuat tidak ada dua menit aku pun keluar.

Lama-lama ia agak terbiasa dengan tembakan belakang melalui anus, dengan syarat ia sudah terpuaskan dulu. Namun sampai sekarang ia tetap tidak suka dengan permainan itu. Ketika membicarakan seks secara serius ia selalu menghindar ketika menyinggung soal lubang anusnya.Jujur saja, hubungan aneh ini berlangsung sampai kini. Ia bekerja dan sudah punya pacar, tetapi ia mengakui berlagak alim dengan pacarnya karena pacarnya sangat sopan. Lucunya kalau ia terangsang dengan pacarnya dia bisa tahan, karena berlagak alim tersebut. Tetapi begitu pacarnya pulang ia segara menelepon aku. Aku sendiri sudah punya pacar, aku masih berusaha merayunya untuk bisa disetubuhi. Biar aku telah meyakinkan bahwa akan aku keluarkan di luar. Begitulah kisah nyataku bersama Belva.

Kisah Tentang Seorang Pintar Cabul

cerita dewasa terpanas membagikan cerita sex 2016, cerita sex terbaru, cerita dewasa, cerita panas, bokep 17+ dllKisah Tentang Seorang Pintar Cabul


cerita sex 2016

cerita sex terbaru

Pusat Bola - Bagi Wijayanto, pengusaha berusia 40 tahun, unsur mistis merupakan hal yang dapat diandalkan menuju kesuksesan hidup. Untuk mengelola usaha pariwisata dan perhotelan yang dimilikinya, sudah puluhan tahun ini Wijayanto menggunakan jasa paranormal.  Tak dinyana, paranormal pribadinya justru menikmati sensasi seksual bersama istrinya.


Siang itu Wijayanto membawa Mbah Sastro, paranormal berusia 60 tahun, untuk membersihkan rumahnya dari kemungkinan gangguan pesaing usahanya.

Sudah tiga tahun ini ritual bersih rumah dilakukan Mbah Sastro tiap enam bulan sekali di rumah Wijayanto. Prosesinya antara lain memercik air bunga ke tiap sudut ruangan di dalam rumah Wijayanto. Biasanya dilakukan sejak siang hari hingga menjelang malam.

“Maaf Mbah mungkin kali ini saya tidak bisa mengikuti ritual ini sampai selesai, karena saya harus keluar kota untuk kepentingan perusahaan. Tapi istri saya akan tetap di sini membantu Mbah sampai ritual selesai,” kata Wijayanto di tengah jalannya prosesi ritual.

“Oh begitu. Ya ndak apa pak Jaya, ditinggal saja biar saya selesaikan tugas saya. Lagi pula pembersihan di ruang tamu dan kamar kerja pak Jaya sudah selesai, nanti biar di ruangan lainnya saya teruskan sendiri. Ndak usah suruh nyonya membantu, biar saya kerjakan sendiri,” kata Mbah Sastro.

“Eh.. jangan Mbah, biar istri saya membantu ya,” kata Wijayanto lagi. Ia kemudian memanggil Sista, istrinya di ruang keluarga.

Pusat Taruhan BolaSista berusia 30 tahun, berwajah ayu, kulit putih, dan tubuhnya sintal. Selama melakukan ritual di rumah Wijayanto, Mbah Sastro memang belum perah melihat Sista dan dua anak Wijayanto. Setiap ritual dilakukan rumah memang harus dalam keadaan kosong penghuni, kecuali satu orang anggota keluarga yang mendampingi Mbah Sastro. Biasanya Wijayanto menitipkan istri dan anaknya ke rumah mertuanya.

“Ini kenalkan Mbah.. ini Sista istri saya. Mama, kenalkan ini Mbah Sastro yang pernah papa ceritakan,” kata Wijayanto begitu Sista tiba di ruang tamu. Keduanya langsung berjabatan tangan dan berkenalan.

“Iya Mbah.. suami saya harus ke lar kota sekarang, jadi biar ritual pembesihan rumahnya saya yang gantikan untuk membantu Mbah. Si mbok dan anak-anak sudah saya bawa ke rumah opa-omanya,” kata Sista.

“Waduh.. sebenarnya bu Sista ndak usah repot ndak apa.. saya bisa selesaikan sendiri. Tapi lebih baguslah kalau bu Sista mau membantu,” kata Mbah Sastro.

Mbah Sastro lalu menjelaskan apa saja yang harus dilakukan Sista, antara lain memegang baskom berisi air bunga tujuh rupa dan selalu berada di samping Mbah Sastro saat ritual dilakukan di tiap ruangan, untuk memudahkan Mbah Sastro memercikan air ke ruangan karena baskom tidak boleh diletakkan di lantai atau media apapun.

“Maaf Mbah, saya potong.. saya harus berangkat sekarang. Mama, papa jalan ya,” kata Wijayanto lalu pergi meninggalkan Mbah Sastro dan Sista di rumah.

Sista manggut-manggut mendengarkan penjelasan Mbah Sastro. Meski pekerjaan itu mudah dan bisa dilakukan pembantu , tetapi karena harus anggota keluarga Sista bersedia melakukannya demi kesuksesan suaminya.

“Ruangan tamu ini sudah saya bersihkan, sekarang kita ke ruang keluarga bu Sista,” Mbah Sastro berjalan menuju ruang keluarga, Sista membawa baskom air bunga membuntutinya.
Mbah Sastro meminta Sista duduk di sofa keluarga pada posisi duduk seperti biasanya saat menonton televisi bersama keluarga. Sista mengikuti lalu duduk di pojok kanan dengan kedua tangan tetap memegangi baskom.

Pusat Judi BolaMulut Mbah Sastro komat-kamit membaca mantra dengan mata terpejam, lalu kedua tangannya dimasukkan dalam baskom yang dibawa Sista, dan mulai memercikkan air ke ruang itu berkeliling dari sudut ke sudut.

Setelah selesai, ritual kemudian pindah ke kamar tidur utama, kamar tidur Wijayanto dan Sista di lantai dua. Mbah Sastro kembali meminta Sista tidur di ranjang pada posisi seperti biasanya, dan Sista menuruti, berbaring dengan tetap memegang baskom air bunga di atas perutnya.

“Oh.. maaf bu Sista.. saya lupa memberi tahu. Kalau bisa busananya juga harus diganti dengan baju tidur yag biasa dipakai sehari-hari di kamar tidur ini,” kata Mbah Sastro.

Sista sedikit terkejut mendengarnya sebab Wijayanto tidak pernah bercerita tentang itu. Tapi akhirnya ia menurut juga. Mbah Sastro keluar ruangan membiarkan Sista bersalin pakaian.

“Sudah Mbah.. silahkan diteruskan,” Sista mengenakan daster tipis merah muda yang biasa dipakai saat tidur. Ia merasa agak risih juga ketika Mbah Sastro masuk ke kamar, karena kebiasaan setiap tidur Sista tak pernah menggunakan pakaian dalam, CD dan Bra.

Mbah Sastro menangkap kerisihan Sista, apalagi daster tipis membuat putting susu Sista membekas jelas.

“Ndak usah risih bu Sista.. ini demi ritual. Bu Sista memang cantik dan sexy, tapi Mbah kan sudah tua, sudah ndak bisa bangun.., jadi ndak mungkin berbuat macam-macam,” kata Mbah Sastro tersenyum. Sista kemudian berbaring seperti semula dan Mbah Sastro melanjutkan ritualnya.

Pusat Judi Online IndonesiaKata-kata Mbah Sastro membuat Sista lega, sebab sesuatu bisa saja keluar dari rencana bila seorang wanita seperti Sista berada sekamar dengan pria lain yang normal.
Tapi.. apa iya Mbah Sastro sudah nggak bisa bangun?. Pertanyaan itu justru berkeliaran di benak Sista. Ia memandangi sosok Mbah Sastro yang masih berdiri merapal mantra-mantra membelakanginya.

Usia Mbah Sastro memang sudah tua, rambut, kumis dan jenggotnya sudah memutih sebagian. Tapi fisiknya masih kelihatan sangat bugar. Tingginya sekitar 180 cm, lebih tinggi dari Wijayanto. Sista pun hanya sebatas dagunya kalau berdiri berdampingan.

Tubuh Mbah Sastro juga nampak kekar dilapisi kulit hitam legam. Saat tangan Mbah Sastro membasuh di baskom, Sista bisa melihat jemari-jemarinya yang kekar dengan buku-buku jari yang besar-besar.

Apa iya Mbah Sastro sudah impoten, seperti katanya barusan? Lagi-lagi pertanyaan itu mengecamuk di bathin Sista. Diam-diam ia membayangkan bagaimana perkasanya Mbah Sastro saat masih muda.

“Bu Sista sudah selesai bu..,” Mbah Sastro mencolek bahu Sista yang melamun.

“Oh.. eh.. iya Mbah.. sudah ya?,” Sista malu sendiri karena ketahuan sedang melamun.

“Ibu kenapa? Kok sepertinya ada yang dipikirkan?,” tanya Mbah Sastro menatap Sista.

“Eh.. nggak Mbah. Ah anu.. saya tiba-tiba kepikiran tentang mimpi-mimpi serem yang sering saya alami belakangan ini. Apa bisa Mbah mengusirnya?,” Sista sembarang celetuk mengarang cerita untuk menutupi malu. Tapi cerita karangannya justru menjebaknya dalam situasi makin rumit akhirnya.

“Oh itu. Bisa bu.. nanti setelah pembersihan rumah saya akan lihat apa penyebabnya ya.. mungkin ada yang mengganggu ibu,” kata Mbah Sastro.

Ritual dilanjutkan ke kamar mandi di dalam kamar tidur utama. Di sini Sista jadi serba salah, karena ia harus berada pada posisi seperti biasanya. Tapi kegundahan Sista terobati setelah Mbah Sastro mengatakan tak harus telanjang, tetapi cukup dengan melilit handuk di tubuhnya.

Sista berdiri di bawah shower dengan handuk biru melilit tubuhnya dan kedua tangan memegangi baskom air bunga. Mbah Sastro kemudian mengaktifkan shower sehingga tubuh Sista kuyub tersiram bersama handuk yang dipakainya.

Mbah Sastro mulai memejam mata dan merapal mantra-mantra, kemudian mulai memercik air ke sudut-sudut kamar mandi.

Belum lagi usai prosesi di kamar mandi itu, tiba-tiba lilitan handuk di tubuh Sista melonggar karena siraman shower. Sista panik dan berusaha menahan agar handuk tidak melorot, tapi terlambat, ujung handuk kanterjuntai ke bawah membuat hanya bagian kiri tubuh Sista yang tertutup.

Astaga, bagaimana ini, pikir Sista tak karuan. Tubuhnya telanjang bulat di bagian kanan, tepat di hadapan Mbah Sastro. Bagaimana kalau Mbah Sastro tidak lagi terpejam? Pasti semua kebugilannya terlihat jelas.

Masih dalam kepanikan Sista, Mbah Sastro tiba-tiba mengamit ujung handuk yang luruh, kemudian membantu melilitkan di tubuh Sista.

“Maaf bu Sista.. saya bantu membenarkannya ya,” katanya, sementara Sista tak bisa bersuara. Mbah Sastro kemudian melanjutkan prosesi ritualnya.

Menang Berapa Pun Kami BayarSista kembali didera beragam pertanyaan dan perasaan aneh tentang Mbah Sastro. Saat membenahi handuk di tubuh Sista, jemari Mbah Sastro sempat menyusup dan menyentuh kulit mulus di pangkal buah dadanya. Ada desiran aneh menjalari Sista saat kulit kasar Mbah Sastro menggesek pangkal buah dadanya. Desiran yang selama ini mulai jarang dirasakan bersama Wijayanto, suaminya.

“Sekarang prosesi sudah selesai bu. Apa ibu jadi mau menyelesaikan masalah mimpi buruknya?,” suara Mbah Sastro mengejutkan Sista.

“Bu Sista bisa pakai daster lagi.. dan saya akan merowah ibu,” kata Mbah Sastro sambil keluar kamar mandi ke kamar tidur, sementara Sista kembali mengenakan daster tipisnya.

Mbah Sastro meminta Sista berbaring di ranjang, Sista menurut dengan hati berdebar-debar tak karuan. Dengan posisi duduk di sisi ranjang, Mbah Sastro meletakkan telapak tangan kanannya di dahi Sista sambil merapal mantra. Sista mengamati Mbah Sastro yang terpejam berkomat-kamit. Wajah Mbah Sastro masih meninggalkan gurat-gurat ketampanan, semakin terkesan jantan dengan tulang rahang yang menonjol.


“Ehm.. apa kira-kira penyebab mimpi-mimpi itu Mbah,” Sista beranikan diri bertanya. Mbah Sastro membuka mata dan menatap mata Sista membuat Sista salah tingkah.

“Hmm.. maaf bu Sista. Sepertinya ada yang berusaha mengguna-gunai ibu, dan sudah masuk sebagian merasuk ke aliran darah ibu. Mungkin saingan usaha pak Wijayanto yang sudah kewalahan tak bisa menembus pak Jaya kemudian menyasar ibu,” jawab Mbah Sastro.

Sista jadi takut. Bukankah soal mimpi buruk itu hanya karangannya? Tapi soal guna-guna, jangan-jangan memang benar sudah merasuk di tubuhnya.

“Apa berbahaya Mbah?,” tanya Sista ketakutan.

“Kalau tidak segera dibersihkan bisa bahaya bu. Kalau tidak kuat ibu bisa hilang akal sehat, bisa gila. Tapi untung cepat terdeteksi,” kata Mbah Sastro.

Mbah Sastro kemudian menjelaskan bahwa untuk mengusir guna-guna dan membersihkan yang sudah terlanjur merasuk ke dalam aliran darah, maka Sista harus menjalani ritual pembersihan seperti ritual pembersihan rumah. Caranya dengan dimandikan air kembang tujuh rupa oleh Mbah Sastro.

Mbah Sastro meminta Sista tetap berbaring, sementara ia mengambil baskom air kembang sisa prosesi tadi di kamar mandi.

Setelah kembali duduk di sisi ranjang, Mbah Sastro mulai merapal mantra dan memercikkan air kembang ke sekujur tubuh Sista, mulai kepala sampai kaki.

“Maaf bu, mungkin sedikit risih.. tapi jangan dirasakan ya, karena perlawanan bisa menggagalkan ritualnya,” kata Mbah Sastro. Belum sempat Sista menjawab, telapak tangan Mbah Sastro mulai menelusuri tubuh Sista seolah mengolesi dengan air kembang.

Sista tak punya pilihan. Ketakutannya mengalahkan akal sehatnya, dan ia menuruti apa saja perkataan Mbah Sastro. Ia merasakan tangan Mbah Sastro mengusap-usap lehernya lalu turun ke dada. Usapan berlanjut ke dua buah dada Sista membuat Sista merasakan desiran aneh luar biasa.

Taruhan Bola TerpercayaDaster tipis tanpa bra membuat telapak tangan Mbah Sastro sangat terasa menyentuh dan mengusapi putting susu Sista. Sista memejamkan mata dan berhayal yang sedang mengelus tubuhnya adalah Wijayanto suaminya. Maksud Sista adalah untuk menghilangkan risih yang sedang melanda dirinya. Lagipula, bukankah Mbah Sastro impoten? Begitu pikirnya.

Tapi niat Sista justru menyeretnya ke posisi yang lebih sulit. Dengan membayangkan suaminya yang sedang mengusap tubuhnya, libido Sista malah terpacu dan gairah seksnya meninggi.

Sista merasakan tangan Mbah Sastro mulai menjalar ke kakinya. Sentuhan nikmat mulai dirasakan Sista di bagian pahanya, tanpa disadari tangan Mbah Sastro terus menelusup bagian bawah daster, dan mulai mengusapi kulit paha Sista.

“Aahh.. mas Jaya..,” Sista mendesis mencoba membendung gairahnya, pikirannya semakin tertuju pada Wijayanto yang sedang menjelajahi tubuhnya.

Mbah Sastro menangkap libido Sista yang mulai meningkat, ia kemudian memberanikan diri mengusapi pangkal paha Sista dan sesekali tangannya menyetuh bibir kemaluan Sista yang tidak terbungkus CD. Sista menggelinjang dan mulai melebarkan kakinya memberikan ruang lebih luas bagi sentuhan Mbah Sastro.

Daster bagian bawah sudah tergulung sampai ke perut Sista, paha mulus dan rambut tipis di kemaluan Sista terpampang jelas di hadapan Mbah Sastro. Mbah Sastro ingin sekali mengusapi kemaluan Sista, bagaimana pun ia lelaki normal dan masih bisa ereksi di usia tuanya. Pengakuan impoten dilakukan Mbah Sastro sebenarnya hanya agar kliennya merasa nyaman saat ritual dilakukan. Tapi Mbah Sastro tak berani melangkah lebih jauh karena takut dilaporkan ke Wijayanto, sebab selama dua tahun ini Wijayanto sudah menjamin perekonomian keluarganya bahkan sampai ia mampu mengkuliahkan anaknya.

“Ehmm.. maaf bu Sista..,” suara Mbah Sastro menyadarkan Sista.

“Oh.. eh.. iya Mbah. Sudah selesaikah?,” Sista terkejut membuka mata, gelagapan bercampur malu menyadari dirinya bugil di bagian bawah, dan segera membenahi letak dasternya. Nafas Sista sedikit berat desiran kenikmatan masih tersisa padanya.

“Belum bu, guna-gunanya cukup kuat dan sudah merasuk jauh ke aliran darah bu Sista,” Mbah Sastro kini yang mulai mengarang cerita.

“Daster ini menyulitkan saya melakukan ritual.. karena sebetulnya harus kulit tubuh bu Sista yang langsung dibaluri air kembang,” katanya tanpa menunggu reaksi Sista.

Rasa takut gila karena guna-guna ditaMbah desir kenikmatan yang terlanjur ia rasa akibat sentuhan jemari Mbah Sastro membuat Sista sama sekali berada di bawah konrol Mbah Sastro. Ia menuruti perkataan Mbah Sastro untuk menanggalkan dasternya, dan untuk tidak bercerita pada Wijayanto suaminya tentang ritual mereka.

“Silahkan Mbah.. dilanjutkan ritualnya. Yang penting saya sembuh Mbah,” kata Sista yang sudah kembali berbaring dalam keadaan telanjang.

Mbah Sastro terbelalak tak percaya, betapa tubuh mulus istri Wijayanto terpampang telanjang di hadapannya menunggu disentuh dan dijelajahi olehnya.

Dengan sikap serius seolah ritual sesungguhnya, Mbah Sastro kembali komat-kamit dan mulai menyentuh Sista. Air kembang dipercikkan lalu tangan Mbah Sastro menelusuri buah dada Sista, sebentar kemudian ke perut, tetapi kemudian kembali lagi ke buah dada.

Sista memejam dan menggelinjang merasakan sentuhan langsung telapak tangan kasar Mbah Sastro di kulit mulusnya. Tangan kiri Mbah Sastro mulai meremasi buah dada Sista bergantian, sebelah kanan dan kiri, sementara tangan kanannya menelusur ke bawah mengusapi paha dan selangkangan Sista.

Nafas Sista semakin berat saat merasakan sentuhan Mbah Sastro mulai menjelajahi di bagian vitalnya. Sista ingin melawan dan menolak, tetapi rasa takut akan guna-guna dan kenikmatan yang sedang melanda mengalahkan perasaan risihnya. Ia memutuskan untuk kembali membayangkan bahwa suaminya yang sedang menjelajahi tubuhnya.

Mbah Sastro mengangkangkan kedua kaki Sista membuat kemaluan Sista semakin jelas terlihat. Perlahan ia memberanikan diri membelai lebih intens permukaan kemaluan Sista, ia merasakan cairan kemaluan Sista mulai merembes keluar membuat permukaannya semakin licin berlendir.

“Ahhhsss..,” Sista mendesis tak kuasa menahan kenikmatan sentuhan-sentuhan di tubuhnya. Ia merasakan sesuatu menguak bibir kemaluannya dan saat yang sama putting susunya terasa dipilin-pilin, diremas-remas.

Di saat libidonya semakin tak terbendung, Sista merasakan sesuatu yang hangat menyapu-nyapu bibir kemaluannya. Benda lunak bertekstur kasar itu mulai menyapu kemaluannya secara rutin berirama.

“Ouhh.. ahhss. Mbah, kenapa digituin?,” Sista terperanjat saat menyadari kini kepala Mbah Sastro seolah tenggelam diselangkangannya. Rupanya benda hangat yang nikmat menyapu kemaluannya adalah lidah Mbah Sastro yang menjilatinya.

“Eh.. oh.. maaf bu Sista, ini harus saya lakukan untuk menyedot guna-gunanya. Ini sudah hampir selesai. Tapi kalau ibu keberatan.. saya minta maaf bu Sista,” Mbah Sastro nampak khawatir Sista marah dan melaporkannya pada Wijayanto.

Tapi ternyata Sista tidak marah. Ia malah kembali memejamkan mata dan melebarkan dua kakinya memberi isyarat pada Mbah Sastro untuk melanjutkan jilatan-jilatannya.

Pusat BetBenak Sista berJayati membayangkan Wijayanto suaminya, sebab selama menikah hingga punya dua anak, sekali pun tak pernah Wijayanto menjilati kemaluan Sista. Padahal dari film-fim porno yang mereka nikmati bersama selama ini, Sista ingin sekali merasakan bagaimana jika kemaluannya disentuh dengan lidah, dijilati dan dihisap.

“Ahhk.. Mbah..,” Sista mulai terbawa gairahnya. Mbah Sastro, lelaki tua yang baru dikenalnya ternyata tidak jijik menjilati vitalnya, tidak seperti suaminya yang merasa jijik kalau harus menjilati kemaluan Sista.

Tanpa disadari tangan Sista mulai meraih rambut Mbah Sastro di selangkangannya dan berusaha menekan agar jilatan di kemaluannya lebih terasa.

Kumis dan jenggot Mbah Sastro yang kasar menaMbah rasa geli di kemaluan Sista. Lidah Mbah Sastro semakin leluasa menjelajahi gundukan kemaluan Sista yang sudah sangat basah berlendir. Rintihan Sista semakin keras dan sering terdengar.

Mbah Sastro turut terpacu libidonya, sambil terus menjilat dan menghisap bibir kemaluan Sista, tangganya mulai memelorotkan celana kolor hitamnya. Kemaluannya mengacung tegang kemudian dikocok-kocok dengan tangan kirinya, sambil membayangkan ia sedang menyetubuhi Sista.

Sista mulai merasakan sensasi disekitar kemaluannya, seperti ada hawa panas menjalar di pangkal pahanya. Hawa panas itu terus mendesak dan berkumpul dipusat klitorisnya, semakin lama semakin mendesak setiap kali jilatan Mbah Sastro menerpa. Kedutan-kedutan mulai ia rasakan di kemaluannya. Tangannya semakin meremas kencang rambut Mbah Sastro. Sementara pinggulnya tergetar hebat seperti Jayadak menguyak kepala Mbah Sastro di jepitan pahanya.

“Ouhh.. mbaahhhh… akkkssshhh…,” Sista setengah menjarit ketika kumpulan hawa panas itu meledak mencapai puncak kenikmatannya. Di saat bersamaan kocokan tangan Mbah Sastro membuat kemaluannya terasa Jayadak meledak menyeburkan sperma kenikmatan. Tangannya segera menyembar daster Sista yang luruh di ranjang, lalu menghadang semburan spermanya menggunakan daster Sista.

Sista lunglai tak bertenaga, masih terpejam menikmati sisa-sisa puncak kenikmatannya. Mbah Sastro duduk di sisi ranjang kembali menyaksikan wajah cantik Sista setelah puncak kenikmatannya.

“Sudah tuntas bu Sista.. sudah keluar semuanya,” kata Mbah Sastro. Sista tak mampu bicara, ia merasa lemas bercampur malu menyadari lelaki lain sudah melihat tubuhnya. Ia lalu duduk dan mengamit selimut untuk menutupi tubuh bugilnya, bersandar di kepala ranjang.

“Bagaimana rasanya bu Sista?,” tanya Mbah Sastro.

“Hmm.. nikmat Mbah..,” jawab Sista tanpa sadar.

“Maksud bu Sista?,” Mbah Sastro seolah memancing.

“Oh.. eh.. anu.. maksud saya. Maksud saya sudah agak ringan sekarang, mungkin karena guna-gunanya sudah keluar,” kata Sista malu.

Tiba-tiba pikiran Sista kembali tertuju pada fisik Mbah Sastro. Apa benar si Mbah tidak ereksi kemaluannya saat memperlakukannya seperti tadi.

“Mbah.. maaf ya kalau saya tanya. Apa tadi Mbah tidak merasakan gairah seks? Waktu menghisap guna-guna dari tubuh saya tadi?. Apa anu Mbah tidak tegang?,” ia beranikan bertanya untuk menjewab penasarannya.

“Kan Mbah sudah bilang.. Mbah impoten bu Sista. Ibu mau lihat?,” Mbah Sastro langsung berdiri tanpa menunggu jawaban Sista, ia langsung melorotkan celana hitamnya tanpa CD.

Kemaluan Mbah Sastro menggelantung keluar, nampak lagi tanpa ketegangan sebab klimaksnya sudah sampai dengan onani tadi.

Sista terbelalak memperhatikan bentuk kemaluan Mbah Sastro. Dalam kondisi tidur kemaluannya itu tetap besart, lebih besar dari milik Wijayanto. Pikirannya kembali tak karuan, bagaimana besarnya kalau kemaluan hitam Mbah Sastro itu tegang?.

“Ndak sebesar punya pak Jaya ya bu?,” tanya Mbah Sastro.

“Eh.. hmm.. hampir sama kok,” jawab Sista. Ia malu mengakui kemaluan Wijayanto tergolong kecil, apalagi dibanding kemaluan Mbah Sastro.

Pusat AgenTapi Mbah Sastro sudah tahu kalau kemaluan Wijayanto ukuran mini. Sebab selama ritual pembersihan rumah sebelumnya, Mbah Sastro sudah melihat kemaluan Wijayanto ketika pembersihan tanpa busana di kamar mandi. Wijayanto bertubuh tambun dengan perut membuncit. Kemaluannya pun tidak bertahan lama kalau bersetubuh dengan Sista.

cerita dewasa

cerita panas

Pusat Judi“Ya sudahlah bu Sista, Mbah pamit pulang ya. Ndak enak kalau pak Jaya datang, nanti jadi salah paham melihat kita berdua di kamar ini dalam kondisi begini,” Mbah Sastro merapikan celananya dan bersiap keluar kamar. Sista ikut bangkit dengan melilit selimut menutupi tubuhnya.

“Sebentar Mbah.. ini ada sesuatu dari saya untuk istri dan anak Mbah di rumah,” Sista mengeluarkan beberapa lembar uang dari lemari dan menyisipkannya di kantung baju hitam Mbah Sastro. Mbah Sastro tak menolak pemberian itu, anggap saja rejeki tambahan.

“Hmmm Mbah.. satu pertanyaan lagi boleh ya? Apa Mbah sudah tidak pernah bersetubuh sama istri?,” kata Sista.

“Oh ndak apa kalau ibu ingin tahu. Sebenarnya ya masih bu kadang-kadang. Tapi anu Mbah baru bisa berdiri di saat-saat tertentu tanpa Mbah tahu. Ya sudah Mbah pamit permisi bu,” jawab Mbah Sastro lalu pergi meninggalkan rumah Wijayanto.