Sunday, July 10, 2016

Kurelakan Kegadisanku

cerita dewasa terpanas membagikan cerita dewasa 2016, cerita dewasa terbaru, cerita hayalan, cerita panas, bokep 17+ dllKurelakan Kegadisanku


cerita dewasa 2016

cerita dewasa

Sebut saja nama aku Pristy (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatkupun mempunyai bentuk yang bisa dibilang lumayan.

Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul denganku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.

Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengPrisahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.

Suatu hari sPriselah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat seksi karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.

Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Mujiono (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang,

“Selamat pagi Paa..aak”, dan dia membalas sembari tersenyum.

“Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”.

aku menjawab,

“Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”.

“Iya, nanti jam sPrisengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu”. aku dan teman-teman mengajak,

“Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia sPrisuju.

“OK, boleh-boleh aja kalau kalian tidak keberatan”! aku dan teman-teman bilang,

“Tidak, Pak.”, lalu aku menimpali lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain, “Naa..aa, bPrisuu..uul. SPrisujuu..”.

Ketika Pak Mujiono mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.

“Alaa.., Pristy, langsung deh, dekPris-dekPris, jangan mau Pak”. Pak Mujiono menjawab,
“Ah! Ya, ndak apa-apa”.

Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Mujiono tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.

“Sorry, ya Pak”.

Penjaga Server dan Teknisi Komputermenjawab,

“That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Mujiono.
Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Mujiono dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Mujiono, dia baru selesai mandi dan kagPris melihat kedatanganku.

“Eeeh, kamu Pris. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”. aku menjawab,

“Ah, nggak iseng aja Kata Nyoman Manusia Terkuat . Sekedar mau tahu aja rumah bapak”.

Lalu dia mengajak masuk ke dalam,

“Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya pake baju dulu”.

Memang tampak Pak Mujiono hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. aku sekedar menjelaskan,

“Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi bangPris Pak, rumahnya”. Dia tersenyum,

“Saya kost di sini. Sendirian.”

Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Mujiono tanya,

“Udah laper, Pris?”. aku jawab,

“Lumayan, Pak”. Lalu dia berdiri dari duduknya,

“Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”. Langsung kujawab,

“Ok-ok aja, Pak.”.

Sewaktu Pak Mujiono pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Mujiono pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah dewasa dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati kemaluan cewek dan cewek sedang mengisap kemaluan cowok yang besar, panjang dan kekar.

Tidak disangka-sangka suara Pak Mujiono tiba-tiba terdengar di belakangku,

“Lho!! Ngapain di situ, Pris. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.

Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap,

“Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”. Pak Mujiono hanya tersenyum saja,

“Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.

Syukurlah Pak Mujiono tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera. Pada saat makan aku bertanya,

“Koleksi bacaannya banyak bangPris Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”. Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya,

“Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”. Lalu aku memancing,
“Kok, tadi ada yang begituan”. Dia bertanya lagi,

“Yang begituan yang mana”. aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum,

“Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”. Kemudian dia tertawa,

“Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”.

Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Mujiono menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya. Lalu dia menawarkan diri,

“Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”. akupun langsung beranjak ke sana. aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah dewasa yang tergeletak di atas tempat tidurnya.

Begitu tiba di dalam kamar, Pak Mujiono bertanya lagi,

“Betul kamu tidak malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Mujiono dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh kemaluanku. aku ingin merintih tetapi kutahan.

Pak Mujiono bertanya lagi,

“Sakit, Pris”. aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Mujiono semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. aku hanya bisa mendesah

”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.

Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Mujiono pun naik dan bertanya.

“Enak, Pris?”

“Lumayan, Pak”.

Tanpa bertanya lagi langsung Pak Mujiono mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus kemaluan yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Mujiono berhenti merangsangku dan mengambil majalah dewasa yang masih tergelPrisak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluan seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.

“Boleh saya seperti ini, Pris?”.

aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Mujiono menganggap aku sPrisuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan kemaluanku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan kemaluanku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam kemaluannya dan mengarahkan ke kemaluanku.

Kelihatan Pak Mujiono agak susah untuk memasukan kemaluannya ke dalam kemaluanku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar kemaluanku masih kaku. Pak Mujiono memperingatkan,

“Tahan sakitnya, ya, Pris”. aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan,

“Akhh.., bukan main perihnya ketika batang kemaluan Pak Mujiono sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Mujiono tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus kemaluannya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di kemaluanku.

Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan kemaluan Pak Mujiono mengocok kemaluanku. aku terengah-engah,

“Hah, hah, hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak Mujiono semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan kemaluan Pak Mujiono semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam kemaluanku menggeliat-geliat dan berputar-putar.

Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Mujiono kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Mujiono semakin memperkuat dan mempercepat kocokan kemaluannya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Mujiono agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam kemaluanku. Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan kemaluannya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.

SPriselah semuanya tenang dia bertanya padaku,

“Gimana, Pris? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”. Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih,
“tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”. Dia berkata lagi,

“Sama, saya juga”.

Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Mujiono juga tertidur.

Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Mujiono dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku Pak Mujiono hanya menggunakan handuk dan berkata,

“Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”.

Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tPrisap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Mujiono masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Mujiono menyabuni kemaluanku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan kemaluannya yang perkasa itu.

cerita dewasa terbaru

bokep 17+

SPriselah semua selesai, Pak Mujiono membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Mujiono memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, 
terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi kPrisahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.

Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Mujiono untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tPrisap menikmati genjotan Pak Mujiono walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran. Pernah Pak Mujiono menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan kemaluan guru bahasa Inggrisku itu.

Nindya Kekasihku

cerita dewasa terpanas membagikan cerita dewasa 2016, cerita dewasa terbaru, cerita hayalan, cerita panas, bokep 17+ dllNindya Kekasihku


cerita dewasa 2016

cerita dewasa

Setelah kurang lebih satu tahun aku tinggal bersama keluarga temanku itu, suatu saat mereka sekeluarga pergi ke kampung kecuali Nindya yang kebetulan masih tinggal untuk menemaniku. Sejak bertemu Nindya, aku sebenarnya tidak ada perasaan yang berlebihan, karena sifatku yang agak pemalu apalagi bergaul dengan seorang gadis dan mengingat itu pula, temanku menaruh kepercayaan seperti keluarga sendiri berkumpul di rumah itu sebagaimana layaknya. Tentu tanpa menaruh prasangka buruk dia meninggalkan Nindya untuk tetap bersamaku. Waktu meninggalkanku sepertinya temanku juga tidak ada pesan kecuali titip rumah saja. Dan cerita dibawah ini pengalaman gairah sexyang kualami selama berdua bersama Nindya di rumah itu.


Ini peristiwa pertamaku yang sebelumnya tidak terbayangkan bahwa di rumah kost itu, aku akan merasakan bagaimana nikmatnya bercumbu dengan seorang gadis demikian bebas penuh gairah serta nikmatnya bercinta waktu mandi bersama. Ketika itu aku baru terbangun pertama kali merasakan tidur siang ditemani Nindya dan dengan leluasa menikmati keindahan tubuh gadis yang sudah menunggu untuk kugauli lagi setelah sebelumnya sempat bersamaku menikmati permainan di atas ranjang yang pertama. Dengan segudang perasaan gairah sex yang tidak terbendung, aku buru-buru untuk segera menemuinya. Begitu sampai kamarnya, Nindya telah menyambutku dengan tubuhnya yang begitu sensual, sengaja mesayangjolkan bentuk tubuhnya di balik bajunya yang ketat di atas pusarnya dan celana pendek yang ketat juga, mesayangjolkan pantatnya yang bulat sintal. Kuperhatikan buah dadanya yang tidak berbalut bra lagi tercetak jelas di bajunya sampai putingnya pun mesayangjol jelas.

Segera tubuhnya menghambur memeluk tubuhku, bibirnya langsung menyerbu mengulum bibirku dengan ciuman seakan tak mau lepas lagi. Sambil terus Nindya menggelayut tubuhku, lidahnya tak hentinyabermain di dalam mulutku semakin ganas.

“Maaas.. eehmmh.. Nindya sudah kangen..” demikian keluh manjanya walau belum lama kutinggal tidur beberapa jam yang lalu, merasakan betapa sepinya dia menungguiku tertidur di sampingnya.

“Kenapa tadi nggak bangunin saja..” tanyaku, meskipun badanku masih merasakan lesu baru bangun tidur setelah siang itu menggauli Nindya sampai beberapa kali.

“Ahh, nggak enak.. ngeganggu orang lagi pulas tidur.. Mas, sudah lapar belum?” tanyanya dengan manja dengan tetap menggelayut di pundakku.

“Yaaah, lapar juga.. Kenapa?” tanyaku lagi.

“Ya makan dulu, yuk..” seraya dia terus menggayut di pundakku menuju ke meja makan.

Nindya sudah menyiapkan masakan untuk makan siang saat aku sedang istirahat tidur tadi, dan sekarang sudah tersedia di meja. Segera saja aku menghampiri untuk dapat segera mengganjal perutku yang terasa lapar. Begitu aku selesai menuang makananku ke piring untuk kusantap, Nindya malah menarikku untuk pindah duduknya di sofa.

“Mas, makannya duduk di sini saja.. biar Nindya bisa nemeni lebih enak..” katanya.
Nindya sepertinya tidak mau jauh dariku, dia pun duduk menempel menungguiku makan. Saat aku makan, tangannya aktif memegang batang kejantananku sambil kadang mengocoknya.

“Enak nggak Yaang..?” tanyanya sambil tersenyum menggodaku.

“Apanya yang nggak enak.. orang lagi makan dikocok-kocok begini.. eehmm..” jawabku.
Dengan kenekatannya dia malah memintaku lebih dari sekedar mengocok batang kemaluanku.

“Yaang.. celananya dilepas saja ya.. Nindya mau..” tanpa menunggu persetujuanku celana dalamku sudah ditarik lepas, dan kini bibir mulutnya mengarah ke selangkanganku, mengulum batang kemaluanku yang sedari tadi demikian tegang.

“Ahhh.. cresp.. sleppp.. aaah.. crespp.. crespp.. sllpp.. aaah.. crepp.. crespp.. 
ahh..”Begitulah yang terdengar sepanjang aku makan hingga selesai. Kunikmati sekali gejolak gairah sex, Nindya menahan gairahnya dengan mengulum batang kemaluanku.

“Sayang, aku sudah selesai nih makannya, kita mandi dulu yuk,” ajakku agar dia menunda dulumerangsangku.

“Ehehh.. biar sampai keluar dulu Yaang..” rengeknya memintaku agar dia tetap mengulum kemaluanku sampai puas.

“Nanti sekalian di kamar mandi saja, kan Mas nanti juga bisa ngrasain punya Nindya..”

Akupun segera berdiri mengajaknya menuju kamar mandi. Sore itu kami mandi berdua, bercumbu seolah tidak ada puasnya saling menggosok dan meremas bagian-bagian tubuh Nindya atau pun kemaluanku yang selalu tidak lepas dari genggaman tangan maupun belaian lidah dan mulut Nindya. Sambil tangan kirinya menekan kepalaku, tangan kanannya menyorongkan putingnya ke mulutku, ditekanbuah dadanya ke dalam mulutku.

“Ogghh.. Mas.. adduh Mas.. gelii.. Mas.. Nindya kayaak mauu.. ogh.. aduh.. geli Sayang.. mhh.. Mas.. aduh enak.. yach.. tteruss.. ssstt.. ehhm..” Mulut Nindya terus mengeluarkan desah yang melepaskan gairah dan gelinjang kenikmatan yang sedang diarasakan. Tanganku tidak mau diam, dan dengan penuh kelembutan jari tengahku masuk liang kemaluannya yang menganga diantara selangkangan yang terasa licin oleh lendir kenikmatan kemaluannya. Aku pun telah merasakan basah karena cairan yang keluar.

“Enak.. enak.. enak.. lebih enak daripada Nindya kocok sendirian Mas.. yach, terus Mas, Nindya ingin setiap hari begini Mas..” Mulutnya tak hentinya mengeluarkan kata-kata ungkapangairah sexnya.

“Ehhh.. Masss.. terus teken Sayaaang.. Nindya.. enaakk aduh Mas.. ogghhh.. Maasss, gelllii.. teruss.. terus..” kian mengharapkan kocokan jariku semakin cepat. Jari tanganku terasa agak pegal juga mengikuti irama kocokan yang Nindya inginkan. Matanya terpejam, sambil lidahnya memainkan dan menjilat bibirku disertai goyangan pinggulnya semakin cepat.

“Ohh Maasss.. di situ.. terus.. jangan berhenti.. ohh.. ehhh..” Nindya mulai bergoyang naik dan turun melawan arah tanganku. Desah suaranya memenuhi kamar mandi.

“Ohh.. Mas.. ahh.. ahh.. ahh.. geliii.. sayaaang.. nikmat.. Oh.. Oh.. Oh Mas..” begitu ucapan-ucapan gairah sexnya yang sepertinya tidak kuduga bila melihat kesehariannya tampak biasa-biasa saja. Kubayangkan memang demikianlah apabila sepasang pria dan wanita kalau sedang mengalami gairah bersetubuh.

Pengalaman yang baru bagiku selama beberapa kali menggauli Nindya. Ucapannya terus berulang-ulang terdengar merangsang diselingi desah nafas penuh gairah sex. Nindya mengerang dan merangkul leherku dengan erat. Kepalanya bergoyang ke kiri dan kanan. Bibirnya menyentuh bibirku dan kamiberciuman lagi. Kubuka mulutku dan lidah kami saling menjilat entah bibir atau rongga mulut.Kuangkat dia dan kudorong dia ke dinding. Aku berlutut di depannya dan kemudian lidahku bermaindi celah kemaluannya. Tangannya menekan kepalaku dan yang satunya merpermainkan buah dadanya, Nindya memainkan putingnya sendiri untuk menambah kenikmatan gairah sexnya dengan ditandai puting di dada yang montok itu kelihatan semakin tegang. Dia terus meremas buah dadanya dan mulutnya tidak hentinya mengeluarkan desah nafas yang memburu merasakan gairah sex yang kian memuncak.

“Ssss ahh.. enak Mas..” erangnya.

“Ehm..” matanya setengah tertutup.

“Mas.. eghh putingku terusss.. Mas, mana kemaluanmu Mas.. Yach terusss Mas.. Hheegh.. enaak.. eeghh.. yach..”

Tangan kananku aktif memilin-milin puting susunya yang semakin mengeras sementara tangan kanan Nindya meremas puting buah dadanya sendiri.

“Ah.. Mas.. kalau begini terus Nindya tambah sayang sekali sama Mas.. ohh.. ohh..” Mulutnya terusmengeluarkan suara-suara gairah yang bila kudengarkan, menambah gairah dan semakin merangsang juga. Nafsuku semakin menggebu untuk menyetubuhinya, pelukan ke tubuh Nindya semakin erat menjelajahi gairah sexnya yang bergejolak dan terus-menerus menggelinjang hebat. Nindya melepaskan desah nafsunya dan memintaku mengulum puting susunya yang demikian tegang karena telah terangsang oleh mulutku.

“Ohh.. ohh.. ohh.. nikmatnya.. ohh.. ah.. nikmat..”

Setelah puas dengan buah dada yang kanan aku pindah ke yang kiri, putingnya kuisap kuat-kuat diselingi dengan cupangan pada bulatan buah dadanya yang montok sehingga nampak beberapa tempat meninggalkan bekas merah. Gerakan tubuhnya membuat kedua bukit buah dadanya bergoyang ke kanan dan ke kiri sambil menahan gelinya puting susunya yang kusedot. Terasa nikmat dapat menyelusuri bukit buah dada yang membusung indah di dadanya yang nampak mulus bersih itu. Berkali-kalipermintaannya agar rangsanganku pada puting dan cupangan buah dadanya terus kulakukan sepuasnya.

“Ohh.. Mas sayang terus.. terus.. yang keras sedotannya.. ohh..” begitu desahnya di telingaku.

“Sayang, kemaluanku tambah tegang saja kalau Nindya terus-terusan begitu..” bisikku.

Rupanya Nindya menyadari keinginanku, saatnya menerima batang kejantananku untuk dapat segera diperlakukan semestinya ketika dia merasakan sentuhan kemaluanku yang sudah tegang dari tadi. Dia gantian berlutut di depanku lalu dia menjilati kemaluanku, dan meremas kemaluanku sampai basah oleh jilatannya. Lalu Nindya menyambut batang kemaluanku, terasa hangat oleh belaian tangannya, kepala kemaluanku dia jilati lagi, sedikit demi sedikit kemaluanku lenyap di rongga mulutnya, bibirnya dengan lincah menyedot lubang kemaluanku, terasa geli-geli nikmat sampai dengkulku gemetar menahan rasa nikmat.

“Mass.. punyamu menggemaskan lho Mas.. ini yang bikin ketagihan terusss.. enaak.. assiin Mas.. ahh..” Kemaluanku yang masuk ke dalam kerongkongan Nindya kucabut dari mulutnya dan kulepaskan, kemudian kupegang lengannya, kuangkat agar dia berdiri menyudahi permainan itu.

Aku sudah ingin beralih ke kemaluannya yang sudah basah oleh lendir kenikmatan, kupegang dengan meraba lembut.

“Yaangg.. adiknya bikin ketagihan, aku udah nggak tahan lagi, pingin menjepit kemaluanmu.. Yaang, Nindya udaahhh nggak tahan ngeliat kemaluan Mas ngaceng sebesar itu ayo masukkan Maas..” kata Nindya sambil membelai-belai kejantananku yang tegak kaku sambil diusapkan ke pipinya.

Sesaat kemudian di atas tubuhku yang rebah di atas ranjang, Nindya mengambil posisi jongkok menancapkan liang senggamanya tepat batang kemaluanku. Nindya menuntun kemaluanku yang sudah tegang, lalu menempelkan di bibir kemaluannya.

“Ahh.. ohh.. Yang.. ohh.. emh.. aduhhh.. nikmat..Yangg.. teruss.. goyangkan pantatmu Mas iyah.. enak Yaang..” Sengaja pantatku aku goyangkan mengikuti gerakan kemaluanku yang terasa hangat di dalam kemaluannya. Bergantian Nindya yang aktif bagai menunggang kuda, pantatnya mengayun di atas selangkanganku. Kadang maju mundur atau terkadang memutar sambil kedua tangannya merangsang buah dadanya dengan meremas dan memilinputingnya. Kuperhatikan matanya kadang terpejam menahan rasa gelinjang yang hebat, hingga tubuhnya melengkung ke belakang dan ketika pantatku kugoyang, buah dadanya berguncang indah ke kanan ke kiri. Ah, beginilah jika gadis ini sedang dilanda gejolak gairah sex yang tinggi. Sampai tiba saat puncak gairah sexnya menuntut rangsanganku lebih meningkat.

cerita dewasa terbaru

cerita hayalan

“Mas, aku di bawah.. jangan lepas yahh.. Ughhh.. nikmatnya Maaas..” Kini Posisiku berubah di atas sementara dengan segera betisnya yang indah dilipatnya ke arah paha dan bersamaan pantatnya yang sintal terangkat menahan dorongan penetrasiku. Tampak keindahan lubangkewanitaannya semakin leluasa ketika Nindya semakin membuka kedua pahanya dan mengangkat betisnya tepat di pundakku.

“Yayangg.. ohh.. ohh.. ahh.. ahh.. terus.. terus.. lebih kuat.. dorong terus.. Yang dalam.. ach.. ohh..” matanya merem-melek menikmati goyangan kemaluanku dan,

“Oh.. Mas.. Sayang.. aku mau keluar.. ohh.. ohh.. ohh..” Lalu tiba-tiba dia goyangkan pantatnya keras-keras kiri-kanan kiri-kanan, diangkat tinggi-tinggi sambil mengelinjang agak sedikit teriak panjang.

“Maaass, tekeeen yaaang kerrraaasss.. aakkuu mmaauuu keeelluuuaaar.. ayo Maaas jugaaa barreeennng..” Liang senggamanya semakin sempit menjepit dan terasa menyedot kemaluanku membuatku tak tahan lagi.

“Ohh.. ach.. ach..” pantatnya semakin kuat gerakannya.

“Maasss.. ohh.. ohh.. hh.. ohh.. oh.. ahhh.. aku keluar.. Sayang.. ohh.. aku nggak tahan..” Pantat Nindya yang sintal itu kutangkap dengan kedua tanganku dan kutekan agar kenikmatan puncak kenikmatan liang senggamanya semakin terasa.

“Ohhh.. ohhh.. ohhh.. ohhhh.. enakkk.. ohh.. iya.. iya Mass.. aahhh.. makin cepet Mas.. cepetan..” Aku semakin dirangsang bukan saja oleh suaranya, tapi oleh jepitan kemaluannya. Kemaluanku betul-betul terasa digenggam erat sambil dikocok-kocok. Nafas kami berdua semakin memburu. Nindya kelihatannya sudah hampir puncak kenikmatan, salah satu tangannya memainkan puting susunya dengan cepat dan tiba-tiba teriaknya,

“Ahh.. ahh.. Mas.. Mas.. muncratin di dalem, ayoo Sayang aku sudah siap.. ahhh.. aaah.. ahh.. sekarang.. oohh.. barengan.. ohh..” Desah Nindya semakin keras dan aku pun merasakan kehangatan batang kejantananku di dalam liang senggamanya yang sempit itu, memperoleh kenikmatan cinta Nindya yang kian waktu tambah menggairahkan.

“Yang.. ohh.. putingku sambil diremas.. ohh.. remas.. pentilku remas.. ooggghh.. yaaach..” Nikmat sekali sensasi yang kurasakan persetubuhanku dengan Nindya di dalam kamar mandi rumah kostku.

“Kamu puas Sayang?”

“Puas sekali.. Mas memang hebat.. ntar Mas mau lagi nggak?”

“Entar malem kita puaskan lagi ya Yaaang.. kita mandi dulu yuk..”

Waktu mandiku bersama Nindya sore itu penuh gelora nafsu gairah sex yang tidak henti-hentinya. Terkadang kejantananku mulai lemas sengaja dia sabun dan kocok sehingga bangun lagi kemudian dia kemot-kemot, atau gantian kupermainkan kewanitaannya sambil jari tengahku masuk sampai ke dalam kemaluannya sehingga Nindya menggelinjang hebat, sambil mulutku mencari puting susunya yang mengeras kukulum dan kugigit lembut. Sengaja Nindya menekan buah dadanya yang montok itu, didorong ke bibirku sambil tangan kirinya menekan kepalaku, sehingga seperti wanita menyusui bayinya,memanjakan buah hatinya sepenuh hati dengan buaian puting susunya, agar selalu nikmat untuk diisap.

Sementara tangan kananku terus saya masuk ke dalam kemaluannya kubelai dan kugesek-gesekkan, hingga dia merasakan dan memperoleh kenikmatan juga karena tiba-tiba dia membuka pahanya sehingga semakin memberikan kesempatan tanganku leluasa untuk menggosok kemaluannya dan kumasukan jari tengahku ke dalam lubang yang becek dan licin dan tangan Nindya kubimbing untuk memegang batang kemaluanku dan mengocok-ngocoknya.

“Aaaduh.. aku mau keluar.. ohhh.. aaahh..” sambil mulutnya menganga dan matanya terpejam ,diamencapai puncak kenikmatan. Gairah mandiku bersama Nindya kuakhiri persetubuhan di atas ranjang di kamarnya dalam keadaan saling berpelukan tanpa busana sampai waktunya aku makan malam berdua.

Sore itu aku dan Nindya mengenakan pakaian seadanya agar dapat bebas saling memberikan dan memperlihatkan masing-masing bagian tubuh yang dapat dinikmati dan dapat memberikan gairah sambil duduk berdua, untuk istirahat memberikan kesegaran pada tubuh kami masing-masing agar kembali bugar lagi walaupun cukup melelahkan dan terasa ke sendi-sendi tulang tetapi sungguh nikmat yang kami reguk berdua dengan Nindya seolah tidak puas sempai disitu saja. Menunggu malamtiba sengaja aku hanya bercumbu di sofa ruang tamu dengan lampu ruangan yang hanya temaram sehingga memberikan suasana semakin romantis percumbuan menjelang malam pertamaku menikmati tubuh yang indah yang untuk kali pertama kucumbu, kusetubuhi sampai ke lekuk likunya yang paling sesitif dimana kenikmatan gairah hubungan kelamin kurasakan.

Apalagi Nindya yang dengan sengaja dengan bebasnya memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya yang indah semakin lebih mengundang tanganku untuk lebih menikmati keindahan tubuhnya yang hanya dengan sedikitmenyingkap baju seadanya yang dia kenakan sore itu. Sengaja malam itu tubuhnya kupeluk dan wajahku terbenam diantara hangatnya jepitan kedua bukit buah dadanya yang membusung indah di dada Nindya.