Sunday, July 10, 2016

Nindya Kekasihku

cerita dewasa terpanas membagikan cerita dewasa 2016, cerita dewasa terbaru, cerita hayalan, cerita panas, bokep 17+ dllNindya Kekasihku


cerita dewasa 2016

cerita dewasa

Setelah kurang lebih satu tahun aku tinggal bersama keluarga temanku itu, suatu saat mereka sekeluarga pergi ke kampung kecuali Nindya yang kebetulan masih tinggal untuk menemaniku. Sejak bertemu Nindya, aku sebenarnya tidak ada perasaan yang berlebihan, karena sifatku yang agak pemalu apalagi bergaul dengan seorang gadis dan mengingat itu pula, temanku menaruh kepercayaan seperti keluarga sendiri berkumpul di rumah itu sebagaimana layaknya. Tentu tanpa menaruh prasangka buruk dia meninggalkan Nindya untuk tetap bersamaku. Waktu meninggalkanku sepertinya temanku juga tidak ada pesan kecuali titip rumah saja. Dan cerita dibawah ini pengalaman gairah sexyang kualami selama berdua bersama Nindya di rumah itu.


Ini peristiwa pertamaku yang sebelumnya tidak terbayangkan bahwa di rumah kost itu, aku akan merasakan bagaimana nikmatnya bercumbu dengan seorang gadis demikian bebas penuh gairah serta nikmatnya bercinta waktu mandi bersama. Ketika itu aku baru terbangun pertama kali merasakan tidur siang ditemani Nindya dan dengan leluasa menikmati keindahan tubuh gadis yang sudah menunggu untuk kugauli lagi setelah sebelumnya sempat bersamaku menikmati permainan di atas ranjang yang pertama. Dengan segudang perasaan gairah sex yang tidak terbendung, aku buru-buru untuk segera menemuinya. Begitu sampai kamarnya, Nindya telah menyambutku dengan tubuhnya yang begitu sensual, sengaja mesayangjolkan bentuk tubuhnya di balik bajunya yang ketat di atas pusarnya dan celana pendek yang ketat juga, mesayangjolkan pantatnya yang bulat sintal. Kuperhatikan buah dadanya yang tidak berbalut bra lagi tercetak jelas di bajunya sampai putingnya pun mesayangjol jelas.

Segera tubuhnya menghambur memeluk tubuhku, bibirnya langsung menyerbu mengulum bibirku dengan ciuman seakan tak mau lepas lagi. Sambil terus Nindya menggelayut tubuhku, lidahnya tak hentinyabermain di dalam mulutku semakin ganas.

“Maaas.. eehmmh.. Nindya sudah kangen..” demikian keluh manjanya walau belum lama kutinggal tidur beberapa jam yang lalu, merasakan betapa sepinya dia menungguiku tertidur di sampingnya.

“Kenapa tadi nggak bangunin saja..” tanyaku, meskipun badanku masih merasakan lesu baru bangun tidur setelah siang itu menggauli Nindya sampai beberapa kali.

“Ahh, nggak enak.. ngeganggu orang lagi pulas tidur.. Mas, sudah lapar belum?” tanyanya dengan manja dengan tetap menggelayut di pundakku.

“Yaaah, lapar juga.. Kenapa?” tanyaku lagi.

“Ya makan dulu, yuk..” seraya dia terus menggayut di pundakku menuju ke meja makan.

Nindya sudah menyiapkan masakan untuk makan siang saat aku sedang istirahat tidur tadi, dan sekarang sudah tersedia di meja. Segera saja aku menghampiri untuk dapat segera mengganjal perutku yang terasa lapar. Begitu aku selesai menuang makananku ke piring untuk kusantap, Nindya malah menarikku untuk pindah duduknya di sofa.

“Mas, makannya duduk di sini saja.. biar Nindya bisa nemeni lebih enak..” katanya.
Nindya sepertinya tidak mau jauh dariku, dia pun duduk menempel menungguiku makan. Saat aku makan, tangannya aktif memegang batang kejantananku sambil kadang mengocoknya.

“Enak nggak Yaang..?” tanyanya sambil tersenyum menggodaku.

“Apanya yang nggak enak.. orang lagi makan dikocok-kocok begini.. eehmm..” jawabku.
Dengan kenekatannya dia malah memintaku lebih dari sekedar mengocok batang kemaluanku.

“Yaang.. celananya dilepas saja ya.. Nindya mau..” tanpa menunggu persetujuanku celana dalamku sudah ditarik lepas, dan kini bibir mulutnya mengarah ke selangkanganku, mengulum batang kemaluanku yang sedari tadi demikian tegang.

“Ahhh.. cresp.. sleppp.. aaah.. crespp.. crespp.. sllpp.. aaah.. crepp.. crespp.. 
ahh..”Begitulah yang terdengar sepanjang aku makan hingga selesai. Kunikmati sekali gejolak gairah sex, Nindya menahan gairahnya dengan mengulum batang kemaluanku.

“Sayang, aku sudah selesai nih makannya, kita mandi dulu yuk,” ajakku agar dia menunda dulumerangsangku.

“Ehehh.. biar sampai keluar dulu Yaang..” rengeknya memintaku agar dia tetap mengulum kemaluanku sampai puas.

“Nanti sekalian di kamar mandi saja, kan Mas nanti juga bisa ngrasain punya Nindya..”

Akupun segera berdiri mengajaknya menuju kamar mandi. Sore itu kami mandi berdua, bercumbu seolah tidak ada puasnya saling menggosok dan meremas bagian-bagian tubuh Nindya atau pun kemaluanku yang selalu tidak lepas dari genggaman tangan maupun belaian lidah dan mulut Nindya. Sambil tangan kirinya menekan kepalaku, tangan kanannya menyorongkan putingnya ke mulutku, ditekanbuah dadanya ke dalam mulutku.

“Ogghh.. Mas.. adduh Mas.. gelii.. Mas.. Nindya kayaak mauu.. ogh.. aduh.. geli Sayang.. mhh.. Mas.. aduh enak.. yach.. tteruss.. ssstt.. ehhm..” Mulut Nindya terus mengeluarkan desah yang melepaskan gairah dan gelinjang kenikmatan yang sedang diarasakan. Tanganku tidak mau diam, dan dengan penuh kelembutan jari tengahku masuk liang kemaluannya yang menganga diantara selangkangan yang terasa licin oleh lendir kenikmatan kemaluannya. Aku pun telah merasakan basah karena cairan yang keluar.

“Enak.. enak.. enak.. lebih enak daripada Nindya kocok sendirian Mas.. yach, terus Mas, Nindya ingin setiap hari begini Mas..” Mulutnya tak hentinya mengeluarkan kata-kata ungkapangairah sexnya.

“Ehhh.. Masss.. terus teken Sayaaang.. Nindya.. enaakk aduh Mas.. ogghhh.. Maasss, gelllii.. teruss.. terus..” kian mengharapkan kocokan jariku semakin cepat. Jari tanganku terasa agak pegal juga mengikuti irama kocokan yang Nindya inginkan. Matanya terpejam, sambil lidahnya memainkan dan menjilat bibirku disertai goyangan pinggulnya semakin cepat.

“Ohh Maasss.. di situ.. terus.. jangan berhenti.. ohh.. ehhh..” Nindya mulai bergoyang naik dan turun melawan arah tanganku. Desah suaranya memenuhi kamar mandi.

“Ohh.. Mas.. ahh.. ahh.. ahh.. geliii.. sayaaang.. nikmat.. Oh.. Oh.. Oh Mas..” begitu ucapan-ucapan gairah sexnya yang sepertinya tidak kuduga bila melihat kesehariannya tampak biasa-biasa saja. Kubayangkan memang demikianlah apabila sepasang pria dan wanita kalau sedang mengalami gairah bersetubuh.

Pengalaman yang baru bagiku selama beberapa kali menggauli Nindya. Ucapannya terus berulang-ulang terdengar merangsang diselingi desah nafas penuh gairah sex. Nindya mengerang dan merangkul leherku dengan erat. Kepalanya bergoyang ke kiri dan kanan. Bibirnya menyentuh bibirku dan kamiberciuman lagi. Kubuka mulutku dan lidah kami saling menjilat entah bibir atau rongga mulut.Kuangkat dia dan kudorong dia ke dinding. Aku berlutut di depannya dan kemudian lidahku bermaindi celah kemaluannya. Tangannya menekan kepalaku dan yang satunya merpermainkan buah dadanya, Nindya memainkan putingnya sendiri untuk menambah kenikmatan gairah sexnya dengan ditandai puting di dada yang montok itu kelihatan semakin tegang. Dia terus meremas buah dadanya dan mulutnya tidak hentinya mengeluarkan desah nafas yang memburu merasakan gairah sex yang kian memuncak.

“Ssss ahh.. enak Mas..” erangnya.

“Ehm..” matanya setengah tertutup.

“Mas.. eghh putingku terusss.. Mas, mana kemaluanmu Mas.. Yach terusss Mas.. Hheegh.. enaak.. eeghh.. yach..”

Tangan kananku aktif memilin-milin puting susunya yang semakin mengeras sementara tangan kanan Nindya meremas puting buah dadanya sendiri.

“Ah.. Mas.. kalau begini terus Nindya tambah sayang sekali sama Mas.. ohh.. ohh..” Mulutnya terusmengeluarkan suara-suara gairah yang bila kudengarkan, menambah gairah dan semakin merangsang juga. Nafsuku semakin menggebu untuk menyetubuhinya, pelukan ke tubuh Nindya semakin erat menjelajahi gairah sexnya yang bergejolak dan terus-menerus menggelinjang hebat. Nindya melepaskan desah nafsunya dan memintaku mengulum puting susunya yang demikian tegang karena telah terangsang oleh mulutku.

“Ohh.. ohh.. ohh.. nikmatnya.. ohh.. ah.. nikmat..”

Setelah puas dengan buah dada yang kanan aku pindah ke yang kiri, putingnya kuisap kuat-kuat diselingi dengan cupangan pada bulatan buah dadanya yang montok sehingga nampak beberapa tempat meninggalkan bekas merah. Gerakan tubuhnya membuat kedua bukit buah dadanya bergoyang ke kanan dan ke kiri sambil menahan gelinya puting susunya yang kusedot. Terasa nikmat dapat menyelusuri bukit buah dada yang membusung indah di dadanya yang nampak mulus bersih itu. Berkali-kalipermintaannya agar rangsanganku pada puting dan cupangan buah dadanya terus kulakukan sepuasnya.

“Ohh.. Mas sayang terus.. terus.. yang keras sedotannya.. ohh..” begitu desahnya di telingaku.

“Sayang, kemaluanku tambah tegang saja kalau Nindya terus-terusan begitu..” bisikku.

Rupanya Nindya menyadari keinginanku, saatnya menerima batang kejantananku untuk dapat segera diperlakukan semestinya ketika dia merasakan sentuhan kemaluanku yang sudah tegang dari tadi. Dia gantian berlutut di depanku lalu dia menjilati kemaluanku, dan meremas kemaluanku sampai basah oleh jilatannya. Lalu Nindya menyambut batang kemaluanku, terasa hangat oleh belaian tangannya, kepala kemaluanku dia jilati lagi, sedikit demi sedikit kemaluanku lenyap di rongga mulutnya, bibirnya dengan lincah menyedot lubang kemaluanku, terasa geli-geli nikmat sampai dengkulku gemetar menahan rasa nikmat.

“Mass.. punyamu menggemaskan lho Mas.. ini yang bikin ketagihan terusss.. enaak.. assiin Mas.. ahh..” Kemaluanku yang masuk ke dalam kerongkongan Nindya kucabut dari mulutnya dan kulepaskan, kemudian kupegang lengannya, kuangkat agar dia berdiri menyudahi permainan itu.

Aku sudah ingin beralih ke kemaluannya yang sudah basah oleh lendir kenikmatan, kupegang dengan meraba lembut.

“Yaangg.. adiknya bikin ketagihan, aku udah nggak tahan lagi, pingin menjepit kemaluanmu.. Yaang, Nindya udaahhh nggak tahan ngeliat kemaluan Mas ngaceng sebesar itu ayo masukkan Maas..” kata Nindya sambil membelai-belai kejantananku yang tegak kaku sambil diusapkan ke pipinya.

Sesaat kemudian di atas tubuhku yang rebah di atas ranjang, Nindya mengambil posisi jongkok menancapkan liang senggamanya tepat batang kemaluanku. Nindya menuntun kemaluanku yang sudah tegang, lalu menempelkan di bibir kemaluannya.

“Ahh.. ohh.. Yang.. ohh.. emh.. aduhhh.. nikmat..Yangg.. teruss.. goyangkan pantatmu Mas iyah.. enak Yaang..” Sengaja pantatku aku goyangkan mengikuti gerakan kemaluanku yang terasa hangat di dalam kemaluannya. Bergantian Nindya yang aktif bagai menunggang kuda, pantatnya mengayun di atas selangkanganku. Kadang maju mundur atau terkadang memutar sambil kedua tangannya merangsang buah dadanya dengan meremas dan memilinputingnya. Kuperhatikan matanya kadang terpejam menahan rasa gelinjang yang hebat, hingga tubuhnya melengkung ke belakang dan ketika pantatku kugoyang, buah dadanya berguncang indah ke kanan ke kiri. Ah, beginilah jika gadis ini sedang dilanda gejolak gairah sex yang tinggi. Sampai tiba saat puncak gairah sexnya menuntut rangsanganku lebih meningkat.

cerita dewasa terbaru

cerita hayalan

“Mas, aku di bawah.. jangan lepas yahh.. Ughhh.. nikmatnya Maaas..” Kini Posisiku berubah di atas sementara dengan segera betisnya yang indah dilipatnya ke arah paha dan bersamaan pantatnya yang sintal terangkat menahan dorongan penetrasiku. Tampak keindahan lubangkewanitaannya semakin leluasa ketika Nindya semakin membuka kedua pahanya dan mengangkat betisnya tepat di pundakku.

“Yayangg.. ohh.. ohh.. ahh.. ahh.. terus.. terus.. lebih kuat.. dorong terus.. Yang dalam.. ach.. ohh..” matanya merem-melek menikmati goyangan kemaluanku dan,

“Oh.. Mas.. Sayang.. aku mau keluar.. ohh.. ohh.. ohh..” Lalu tiba-tiba dia goyangkan pantatnya keras-keras kiri-kanan kiri-kanan, diangkat tinggi-tinggi sambil mengelinjang agak sedikit teriak panjang.

“Maaass, tekeeen yaaang kerrraaasss.. aakkuu mmaauuu keeelluuuaaar.. ayo Maaas jugaaa barreeennng..” Liang senggamanya semakin sempit menjepit dan terasa menyedot kemaluanku membuatku tak tahan lagi.

“Ohh.. ach.. ach..” pantatnya semakin kuat gerakannya.

“Maasss.. ohh.. ohh.. hh.. ohh.. oh.. ahhh.. aku keluar.. Sayang.. ohh.. aku nggak tahan..” Pantat Nindya yang sintal itu kutangkap dengan kedua tanganku dan kutekan agar kenikmatan puncak kenikmatan liang senggamanya semakin terasa.

“Ohhh.. ohhh.. ohhh.. ohhhh.. enakkk.. ohh.. iya.. iya Mass.. aahhh.. makin cepet Mas.. cepetan..” Aku semakin dirangsang bukan saja oleh suaranya, tapi oleh jepitan kemaluannya. Kemaluanku betul-betul terasa digenggam erat sambil dikocok-kocok. Nafas kami berdua semakin memburu. Nindya kelihatannya sudah hampir puncak kenikmatan, salah satu tangannya memainkan puting susunya dengan cepat dan tiba-tiba teriaknya,

“Ahh.. ahh.. Mas.. Mas.. muncratin di dalem, ayoo Sayang aku sudah siap.. ahhh.. aaah.. ahh.. sekarang.. oohh.. barengan.. ohh..” Desah Nindya semakin keras dan aku pun merasakan kehangatan batang kejantananku di dalam liang senggamanya yang sempit itu, memperoleh kenikmatan cinta Nindya yang kian waktu tambah menggairahkan.

“Yang.. ohh.. putingku sambil diremas.. ohh.. remas.. pentilku remas.. ooggghh.. yaaach..” Nikmat sekali sensasi yang kurasakan persetubuhanku dengan Nindya di dalam kamar mandi rumah kostku.

“Kamu puas Sayang?”

“Puas sekali.. Mas memang hebat.. ntar Mas mau lagi nggak?”

“Entar malem kita puaskan lagi ya Yaaang.. kita mandi dulu yuk..”

Waktu mandiku bersama Nindya sore itu penuh gelora nafsu gairah sex yang tidak henti-hentinya. Terkadang kejantananku mulai lemas sengaja dia sabun dan kocok sehingga bangun lagi kemudian dia kemot-kemot, atau gantian kupermainkan kewanitaannya sambil jari tengahku masuk sampai ke dalam kemaluannya sehingga Nindya menggelinjang hebat, sambil mulutku mencari puting susunya yang mengeras kukulum dan kugigit lembut. Sengaja Nindya menekan buah dadanya yang montok itu, didorong ke bibirku sambil tangan kirinya menekan kepalaku, sehingga seperti wanita menyusui bayinya,memanjakan buah hatinya sepenuh hati dengan buaian puting susunya, agar selalu nikmat untuk diisap.

Sementara tangan kananku terus saya masuk ke dalam kemaluannya kubelai dan kugesek-gesekkan, hingga dia merasakan dan memperoleh kenikmatan juga karena tiba-tiba dia membuka pahanya sehingga semakin memberikan kesempatan tanganku leluasa untuk menggosok kemaluannya dan kumasukan jari tengahku ke dalam lubang yang becek dan licin dan tangan Nindya kubimbing untuk memegang batang kemaluanku dan mengocok-ngocoknya.

“Aaaduh.. aku mau keluar.. ohhh.. aaahh..” sambil mulutnya menganga dan matanya terpejam ,diamencapai puncak kenikmatan. Gairah mandiku bersama Nindya kuakhiri persetubuhan di atas ranjang di kamarnya dalam keadaan saling berpelukan tanpa busana sampai waktunya aku makan malam berdua.

Sore itu aku dan Nindya mengenakan pakaian seadanya agar dapat bebas saling memberikan dan memperlihatkan masing-masing bagian tubuh yang dapat dinikmati dan dapat memberikan gairah sambil duduk berdua, untuk istirahat memberikan kesegaran pada tubuh kami masing-masing agar kembali bugar lagi walaupun cukup melelahkan dan terasa ke sendi-sendi tulang tetapi sungguh nikmat yang kami reguk berdua dengan Nindya seolah tidak puas sempai disitu saja. Menunggu malamtiba sengaja aku hanya bercumbu di sofa ruang tamu dengan lampu ruangan yang hanya temaram sehingga memberikan suasana semakin romantis percumbuan menjelang malam pertamaku menikmati tubuh yang indah yang untuk kali pertama kucumbu, kusetubuhi sampai ke lekuk likunya yang paling sesitif dimana kenikmatan gairah hubungan kelamin kurasakan.

Apalagi Nindya yang dengan sengaja dengan bebasnya memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya yang indah semakin lebih mengundang tanganku untuk lebih menikmati keindahan tubuhnya yang hanya dengan sedikitmenyingkap baju seadanya yang dia kenakan sore itu. Sengaja malam itu tubuhnya kupeluk dan wajahku terbenam diantara hangatnya jepitan kedua bukit buah dadanya yang membusung indah di dada Nindya.

Tante Hesti

cerita dewasa terpanas membagikan cerita dewasa 2016, cerita dewasa terbaru, cerita hayalan, cerita panas, bokep 17+ dllTante Hesti


cerita dewasa 2016

cerita dewasa terbaru

Hesti keluar dari kamar mandi hanya berbalutkan handuk di dada, langsung duduk di pangkuan Budiman, berhadapan dengan tempat dudukku. Kulihat Budiman agak canggung memangku Hesti dihadapanku, tapi Hesti bisa membawa diri mencairkan suasana terutama terhadap Budiman. Diciumnya kening Budiman, lalu pipinya sembil memeluk kepalanya dan menyandarkannya ke dadanya yang menonjol.


Kembali aku diliputi kecemburuan melihat kemesraan yang diberikan Hesti pada Budiman, tapi aku diam saja.

“sayang kenapa celananya sudah dipakai, kan kita belum selesai” ucapnya sambil mengelus rambut ikal Budiman yang masih bersandar di dadanya.

Agak terbata Budiman menjawab,

“aku belum pernah dikulum dan dijilati seperti itu, apalagi setelah keluar sperma”

“tapi permainan lidahmu sangat pintar”

“kalo itu sering aku lakukan dengan bule tamu disini, tapi ya sebatas itu tak lebih, dan aku tidak boleh pegang pegang, Cuma jilatan jilatan seperti itu sampai mereka puas, lumayanlah Mbak hasilnya bisa untuk tambah kebutuhan rumah tangga”

“kasihan sayang, ntar aku kasih yang enak ya” Hesti menghibur manja lalu mencium bibirnya.

Setelah kutunggu beberapa saat, ternyata Hesti tak juga beralih ke pangkuanku, tak mau menjadi penonton seperti kambing congek, kuambil inisiatif, kuhampiri mereka, aku berdiri di samping Hesti, kubuka resliting celanaku, kukeluarkan kejantananku dan kusodorkan ke mulut Hesti.

Dia langsung memegang kemaluanku dan memandangku dengan senyum menggoda, lalu lidahnya mulai bekerja di kepala kemaluanku, sambil mengocok kemaluanku dia memasukkannya ke mulutnya, dengan segera kemaluanku keluar masuk mulutnya.

Tangan Budiman mulai menjamah dada Hesti yang masih tertutup handuk, kutarik handuk putih yang melilit tubuhnya hingga terlepas, kini Budiman bisa dengan leluasa meraba menjelajahi buah dada Hesti yang menggantung indah menantang, diremasnya kedua bukit telanjang itu.

Hesti turun dari pangkuan Budiman dan berjongkok di depanku, Budiman ikut ikutan berdri di sampingku, kini kedua tangan Hesti memegang dan mengocok kejantanan kami berdua, gantian dia mengulum dari kiri ke kanan, kami berdua mendesis bersautan.

“jangan keluarin lagi ya” kata Hesti pada Budiman lalu meneruskan kulumannya. Meski melayani kami berdua Hesti tak tampak kesulitan, padahal kedua kemaluan kami tidak bisa dikatakan kecil, hampir sama panjang 17 cm tapi punya Budiman diameternya sedikit lebih kecil. Dengan penuh nafsu dia mempermainkan kami dari jilatan ke seluruh bagian kemaluan hingga kuluman memabokkan. Sekali sekali kepala kemaluan kami bersinggungan di depan bibir Hesti, seperti berebut masuk ke mulut mungilnya.

Sambil mendapatkan kuluman dan jilatan, kubuka pakaian dan celanaku, kami bertiga sudah dalam keadaan telanjang.

Tiba tiba Budiman melangkah mundur hingga pegangan Hesti terlepas, Budiman menggeser ke belakang Hesti, kukira dia akan memeluk Hesti dari belakang ternyata dia telentang di belakang Hesti dan kepalanya menyusup di antara kakinya, Hesti segera membuka lebar kakinya memberi jalan kepala Budiman di bawahnya. Hesti terus menjilat dan mengulum kejantananku sementara kepala Budiman yang ada di bawahnya menjilati kemaluannya dari bawah.

Hesti menggoyang pinggulnya mengimbangi permainan Budiman sementara aku mengocokkan kemaluanku di mulutnya, kepala dan pinggul Hesti sama sama bergoyang memainkan irama yang berbeda, entah bagaimana dia mengatur konsentrasinya. Ternyata jilatan Budiman lebih mengganggu konsentrasinya, Hesti sering menghentikan kulumannya hanya untuk menikmati permainan lidah Budiman di kemaluannya. Tak mau terlalu sering terganggu, kutuntun Hesti ke kursi, kuminta dia di pangkuanku, perlahan dia menurunkan tubuhnya di pangkuanku sambil melesakkan kemaluanku di kemaluannya yang sudah basah, entah basah karena rangsangan kami berdua atau basah karena ludah Budiman.

“oouughh.. ss.. ennak mass” dia mendesis ketika kemaluanku perlahan menerobos liang kenikmatannya, kuremas kedua buan dada yang menantang di depan mukaku dan kukulum keras ketika dia mulai menggoyangkan pantatnya. Rupanya Budiman tak mau tinggal diam, dia mendatangi Hesti dari belakang, disibakkannya rambut Hesti ke atas hingga tampaklah tengkuknya yang putih mulus, Budiman langsung mencium dan menjilati tengkuk Hesti membuat dia menggelinjang hebat di pangkuanku, goyangannya jadi kacau tapi justru makin membuat kemaluanku diremas dan serasa dipilin di kemaluannya.

Kuremas erat kedua buah dadanya, ternyata Budiman ikutan meremasnya, kini masing masing buah dada mendapat remasan dua tangan. Ciuman Budiman beralih ke telinga, dikulumnya telinga Hesti membuat dia makin kelojotan, dengan aksi Budiman seperti itu sebenarnya aku yang diuntungkan karena kemaluannya makin erat mencengkeram kemaluanku, menambah kenikmatan, justru lebih nikmat daripada tadi malam, ternyata sensasinya luar biasa.

Hesti meraih kejantanan Budiman yang sudah berdiri telanjang di sampingnya, dikocoknya sambil kembali bergoyang pinggul, tubuhnya mulai turun naik sambil bergoyang memutar, kejantananku meluncur keluar masuk dan teremas di kemaluannya, semakin cepat dia mengocok kemaluanku semakin nikmat rasanya, desahan atau jeritan Hesti sudah diluar kontrol, begitu liar.

Beberapa menit kemudian kurasakan tubuh Hesti menegang, dia memelukku erat ketika kurasakan kemaluannya berdenyut hebat, sehebat jeritan Hesti dalam kenikmatan puncak sexual, orgasme. Kubiarkan dia menikmati detik detik pasca orgasme, jantungnya berdetak dengan kencang, tapi itu tak berlangsung lama ketika Budiman memeluk Hesti dan dengan sedikit paksa menarik tubuh Hesti ke atas hingga kemaluanku terlepas dari kemaluannya.

Dia lalu membopong tubuh Hesti dan menelentangkannya di ranjang, langsung menindih tubuh Hesti yang sudah pasrah menunggu, terlihat begitu kontras antara Hesti yang putih mulus ditindih Budiman yang coklat tua. Budiman dengan rakusnya menciumi Hesti, kening, pipi, bibir, lehernya yang jenjang, hingga kedua payudaranya, tak sejengkal daerah sexy Hesti terlewatkan dari sapuan bibir dan lidahnya. Kembali rasa cemburu menghampiriku melihat bagaimana Budiman menikmati hangat dan gairahnya tubuh Hesti.

Ganasnya Budiman mempermainkan buah dada dan puting Hesti segairah desahan Hesti yang kembali terbakar birahi. Budiman menyapukan sebentar kejantanannya di bibir kemaluan yang basah itu, tapi sebelum Budiman melesakkan kejantanannya, Hesti mendorong tubuhnya menjauh.

“sabar ya sayang, kamu pakai kondom dulu, tuh ambil di laci” katanya. Mungkin Budiman agak dongkol tapi dia tak bisa berbuat lain kecuali meninggalkan Hesti yang sudah dalam keadaan pasrah. Melihat tubuh telanjang Hesti yang telentang menantang, aku tak mau membuang kesempatan, sambil menunggu Budiman memasang kondom, kuhampiri Hesti dan tindih sambil mencium bibirnya.

“ah Mas Heldhy nakal, kan giliran Budiman” godanya sambil melirik Budiman yang sedang menyobek bungkus kondom.

“dia sedang mempersiapkan tuh” kataku sambil menyapukan kejantananku yang telanjang tanpa kondom ke kemaluannya, sekali dorong melesak semua ke dalam diiringi jerit kenikmatan dari Hesti.

Pantatku langsung turun naik di atas tubuh telanjangnya, menggenjot secepat dan sedalam mungkin sambil memandang wajah cantik Hesti, rona merah mukanya terlihat jelas di wajahnya yang putih menambah kecantikan dan gairahnya.

Budiman yang sudah siap, menghampiri kami, dengan kemaluan yang terbungkus kondom disodorkannya ke mulut Hesti, bibir Hesti yang terbuka mendesah langsung terbungkam kemaluan tegang Budiman.

Sambil menerima kocokanku, Hesti juga mengocok kemaluan Budiman di mulutnya, kami saling mendesah bersautan. Tangan Budiman meremas remas buah dadanya dengan gemas sambil memainkan puting kemerahan.

Berdua kami mengocok Hesti dari atas dan bawah, berulang kali tubuhnya menggeliat ketika kusodok dengan keras.

“Aaagh..mmgghh..eegghh..cukup..eeghh..cukup..eegghh..cukup mas, aku nggak mau keluar lagi, ganti Budiman” pintanya.

Meski agak berat, terpaksa aku memberikan kenikmatan dan kemaluan ini ke Budiman, tapi sebelum kuberikan aku baru sadar bahwa sejak tadi malam aku belum melakukan jilatan di kemaluan Hesti, harus kulakukan sekarang sebelum kemaluan Budiman mengobok obok kemaluan ini. Begitu kucabut kemaluanku, langsung bibir dan lidahku menggantinya, tak kuhiraukan cairan di kemaluan Hesti yang cukup banyak, lidahku memainkan klitoris dan bibir kemaluannya.

“AAuughh.. sshh.. naakaal.. ss.. mass..ssuddaah” desahnya kaget, tak menyangka aku melakukan ini.

Lidahku menjelajah ke daerah kemaluannya, tak kupedulikan Budiman yang sudah bersiap disampingku menunggu giliran, tubuh Hesti menggeliat kelojotan, tangannya dikepalaku menekan dan menarik, pantatnya terangkat ke atas merasakan jilatan kenikmatan dari bibir dan lidahku.

Tanpa setahu Hesti kuberi aba aba ke Budiman untuk segera bersiap, maka begitu bibirku meninggalkan liang kemaluannya Budiman langsung mengisi dengan kemaluannya.

cerita hayalan

bokep 17+

Dengan sekali dorongan yang cepat, langsung kemaluan itu melesak ke liang kenikmatannya yang disambut teriakan kaget Hesti menerima sodokan keras dari Budiman. Tanpa menunggu lagi begitu kemaluan itu masuk semua langsung Budiman menarik keluar dan mendorong masuk lagi dengan lebih cepat, kocokan Budiman begitu ganas sambil lidah dan bibirnya tak pernah lepas dari bibir dan leher jenjang Hesti.

Kulihat Budiman begitu gemas melihat wajah Hesti yang mengerang kenikmatan, berkali kali dia menciumi pipi kiri dan kanannya diselingi lumatan bibir. Sepertinya dia mendapatkan rejeki nomplok bisa menikmati kehangatan dan ke-sexy-an tubuh Hesti dengan segala kenikmatannya, apalagi Hesti memperlakukannya seperti layaknya seorang kekasih dalam bercinta, Hesti selalu menyambut kuluman Budiman dengan penuh gairah meski gaya permainan Budiman cenderung kasar. Dekapan Budiman tak pernah lepas dari Hesti, mereka menyatu dalam permainan birahi yang ganas. Permainan Budiman kasar dan monoton membuat Hesti harus mengambil inisiatif, dia ikutan menggoyangkan pinggulnya meski agak susah karena terhimpit pinggul Budiman dan terhalang kocokannya, tapi dia masih bisa meggoyangkannya.

“dari belakang Bud” pinta Hesti untuk doggie disela desahannya, tapi Budiman tak menggubris, dia masih tetap mengocok dan memeluk Hesti lebih erat.

Sebenarnya aku ingin gabung dengan mereka tapi aku ingin memberi Budiman kesempatan untuk lebih menikmati kehangatan Hesti, disamping itu aku juga ingin tahu seberapa tahan dia menghadapi ganasnya gairah binal Hesti. Dan ternyata dugaanku benar, tak lebih dari sepuluh menit Budiman menggeluti Hesti dia sudah teriak kenikmatan, orgasme kedua yang dia dapat dari Hesti. Tubuh Budiman menelungkup di atas Hesti, keringatnya mengalir deras, sederas semprotannya di kemaluan.